Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Mensyukuri BAB

Seperti kebanyakan masalah yang kerap kali dialami oleh orang-orang yang begadang, malam itu, saya dan beberapa kawan terserang 'penyakit' alami; lapar tengah malam. Segera dipilih-lah tempat untuk menyembuhkannya; burjo alias warmindo -warung mie indomie. Alasan kenapa memilih warmindo sudah terang dan nyata; sehat bagi kantong. Klise namun baik. Diantara gerombolan kawan yang terjangkit kelaparan malam itu, rupanya hanya saya yang memesan nasi. Dua orang memilih untuk menyantap mie instan, seorang lagi memercayakan tugas pengganjal perut yang berderit kepada sepiring omelet lokal ala warmindo. Usai rampung melahap nasi, saya segera menyambar sebatang tembakau -sebab bagi perokok, salah satu waktu paling nikmat untuk menghisapnya adalah pasca makan pas. Belum habis sebatang, tiba-tiba perut saya bermasalah, mules. Toilet di sudut warung melambai-lambaikan daun pintunya. Memanggil saya agar mendiaminya segera. Dan saya patuh. Sebelum menyatroni toilet, tak lupa saya berbekal...

Tak Pernah Merdeka

Aku seorang pejalan; yang menempuh rindu dalam terjalnya kehidupan. Jutaan keringat yang mengkristal itu adalah bukti kesungguhan. Ia saksiku di hadapan Tuhan bahwa rindu itu benar-benar ada, bahwa itu benar-benar rindu. Tiap detik adalah potongan rel yang membentang antara aku dan Tuhan; tempat segala pulang. Sedang hidup ini hanya serupa stasiun kecil tempat singgah dan pemberhentian sejenak saja, sekedar meneguk kopi. Aku akan berhenti saat memulai. Dan baru memulainya saat akan berhenti. Tapi aku terus berjalan. Menabung kerinduan, memangkas jarak, meniadakan aku, menanggalkan jiwa, meninggalkan raga; untuk Menuhan, menjadi butir debu yang berserakan di hadapan Tuhan. Lalu aku mengerti sepenuhnya, aku mengerti sedalam-dalamnya; aku sejatinya tak pernah benar-benar merdeka. Sebab aku adalah pejalan yang terus menerus dijajah dan terjajah kasih sayang Tuhan. KA Sri Tanjung Banyuwangi - Yogyakarta 17 Agustus 2017 17.07 WIB