Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Elektabilitas Hari Valentine Terjun Bebas

Tidak seperti biasanya, gaung hari valentine yang diperingati tiap 14 Februari lenyap tak menggema untuk edisi 2017 di Indonesia. 'Elektabilitas' hari valentine terjun bebas seperti hilang dari peradaban. Hari valentine yang merupakan budaya non lokal alias impor itu kerap dicap sebagai hari kasih sayang. Hari dimana menyatakan cinta kepada pasangan akan menjadi sesuatu yang dianggap sakral, menembak gadis incaran bertahun-tahun menjadi sesuatu yang memorable, dan sekaligus menjadi hari dimana penjual beragam bunga, khususnya mawar, dan cokelat bergembira ria sebab barang dagangannya ludes terjual menjelang hari itu. Indonesia sebagai negara yang penduduknya selalu heboh dalam menanggapi berbagai isu global sering menampakkan sikap reaktif begitu kalender mendekati tanggal 14 bulan Februari. Begitu lembar Januari ditinggalkan, perbincangan mengenai hari valentine akan mengemuka di berbagai tempat, lebih-lebih di sosial media. Bermacam topik seputar hari valentine seperti huku...

Soal Hati

Pada hakikatnya, manusia memiliki dua aspek; jasmani dan rohani. Ada raga ada jiwa. Raga atau jasmani meliputi bentuk fisik tubuh seseorang. Sedangkan rohani mencangkup hal-hal yang sifatnya ghoib (tak kasatmata) semisal akal (bukan otak), hati (bukan jantung) dan nurani (bukan empedu). Jasmani adalah kemasan. Rohani adalah isi. Asal kamu rajin mandi paling tidak tiga kali sehari (bukan resep dokter), jasmanimu akan tampak sehat. Lain soal jika urusannya dengan rohani. Salah satu bagian terpenting dari aspek rohani adalah hati. Hati yang saya maksud bukan jantung atau empedu. Ia semacam perasaan yang mampu mempengaruhi cuaca langit-langit jiwa. Ia halus. Teramat halus. Saking halusnya, hingga timbul pertanyaan pesimistis, "Hati orang siapa yang tahu?" Dalam bahasa arab, hati disebut qalb (dengan "Q" bukan "K") yang secara harfiah bermakna bolak-balik, gonta-ganti, naik-turun. Sebab memang 'tingkah laku' hati tak menentu. Ia bisa tiba-tiba tertaw...

Malam-Malam

Malam-malam. Gelap sekeliling tiada seorang. Mungkin ada di persimpangan jalan, satu dua orang begadang. Sedang di gang-gang, suasana sisakan lenggang, bagi sekawanan tikus yang berkejaran. Malam-malam. Di mana orang-orang? Tak tampak meski hanya bayang. Mungkin mereka saling tindih di atas ranjang, memproduksi orang-orang di masa datang. Malam-malam. Jangan keluyuran. Kalau lelaki akan dikira maling pengembat uang. Kalau wanita dikira jalang perebut suami orang. Malam-malam. Jika terang adalah keindahan, kenapa pula harus ada petang? O, mungkin agar mata tak payah menatap mentari seharian. O, mungkin ini semacam sift tugas dari Tuhan; malam milik rembulan, maka mentari tak boleh terang. O, mungkin ini altar pementasan bintang-bintang. O, mungkin ini panggung di mana suara merdu jangkrik benar-benar dapat dinikmati dan didengarkan. O, mungkin seperti yang tadi; ini waktunya naik ranjang! Malam-malam. Tuhan tak pernah tidur. Ia janjikan malam-malam, bagi tamu-tamuNya yang henda...