Kanjeng Nabi,
Diberangkatkan takdir-ditopangkan angin
aku sampai di depan pusara yang juga rumahmu.
Assalaamualaika ya Rasulallah
Assalaamualaika ya Rasulallah
Assalaamualaika ya Rasulallah
Kutengok di balik jeruji besi
Kuintip dari sela sela bahu
Tak kudapati dirimu
Kanjeng Nabi,
Bukankah kau selalu ada dan menjawab setiap orang yang merayakan salam atasmu?
Dan bukankah di seluruh bumi tiap-tiap detik senantiasa merupakan perayaan salam untukmu?
Lalu sekarang engkau sedang di mana?
Apakah engkau, Kanjeng Nabi, sedang pergi ke Afrika sana, membalas salam yang dikumandangkan seluruh hewan di hutan belantara?
Atau mungkin engkau sedang ke Indonesia, ke negeriku, menyambangi bibir-bibir yang mengering karena miskin namun selalu basah oleh ucapan salamnya atasmu?
Atau di mana?
Kubayangkan, betapa sibuknya engkau, Kanjeng Nabi.
Aku di depan rumahmu.
Menunggumu pulang dari manapun. Menanti balasan salamku padamu.
Assalaamualaika ya Rasulallah.
Assalaamualaika ya Rasulallah.
Assalaamualaika ya Rasulallah.
Ihram, 17 Maret 2019. Di atas roda bus Madinah-Mekkah.
Komentar
Posting Komentar