Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Ngaji Burdah di Kafe Basabasi

Burdah 16: Tentang Nafsu*             Man li biroddi jimahin min ghowayatiha             Kama yuroddu jimahulkhoyli billujumi             “Secara logika, mana mungkin sesuatu yang partikular bisa mengalahkan sesuatu yang sifatnya universal?” tanya Cak Kus.             Pertanyaan yang sengaja dilontarkan agar para audiens siap menerima jawaban yang disampaikan nantinya itu dijawab sendiri oleh Cak Kus. Bahwa nafsu, meski hanya sebagian kecil dari berbagai macam unsur yang menjadi konstruksi utuh manusia, mampu merusak dan mengalahkan keseluruhan unsur-unsur lainnya. Nafsu bahkan mampu melenyapkan label ‘manusia’ terhadap manusia itu sendiri. Maka benarlah jika ada yang beranggapan bahwa manusia yang dikalahkan oleh hawa nafsunya—dalam artian tidak mampu m...

Rumus Rindu

            Tanpa bermaksud mengerdilkan kekuatan super Dilan dalam menanggung beban berat sebuah rindu, sebagai mantan fisikawan abal-abal, saya akan mencoba merumuskan rindu dalam angka-angka untuk mengetahui seberapa berat sebuah rindu yang sedang kita pikul.             Seandainya rindu dapat diilmiah dan diejawantahkan dalam hitung-hitungan bilangan, saya akan katakan bahwa rumus dari rindu adalah jarak dikalikan waktu. Sebab rindu berbanding lurus dengan besaran rentang jarak dan waktu. Semakin jauh jarak seseorang dengan sosok yang dirindukan, semakin besar pula badai rindu yang melandanya. Dan semakin lama waktu terakhir kali berjumpa di antara keduanya, semakin berat pula rindu yang ditanggungnya. R = J x W . R adalah beban rindu yang ditanggung. Mengingat rindu dikaitkan dengan berat (begitu kata Dilan Sang Pakar Rindu), maka dapat dipastikan bahwa satuan ri...

Dosa Yang Diberkahi

Lau kuntu a’lamu anni maa uwaqqiruhu Katamtu sirran badaa lii minhu bilkatami Oleh Imam Al-Bushiri, uban alias rambut yang memutih diibaratkan sebagai tamu dalam magnum opusnya, Burdah . Layaknya seorang tamu, terhadap uban, kita harus memperlakukan dengan istimewa di saat kedatangannya. Meski tentu saja berbeda dengan cara perlakuan terhadap tamu yang berupa manusia, tamu uban ini juga musti diagungkan. Sebab bagaimanapun, tamu adalah raja. Kalau kita gagal mengagungkan tamu uban ini, yang terjadi adalah kita akan menutupi kegagalan itu dengan semir hitam. Dan itu berarti sebuah penyesalan. Uban ini adalah tamu yang kedatangannya membawa peringatan bahwa kuota hidup kita di dunia sudah hampir usai. Dengan kemunculan uban, kita musti sering-sering mengintrospeksi diri. Menambal dosa-dosa di masa lalu dengan menggaet sebanyak mungkin amal di masa depan. Cak Kus—Kyai Kuswaidi Syafiie—mengatakan bahwa kalau seseorang berbuat dosa, ada dua nasib yang menantinya. Jika beru...

Siapa Saya?

Pertanyaan ini entah harus ditujukan bagi siapa, saya sendiri juga tidak tahu. Tapi rasanya, memang saya sendirilah yang paling berhak memperoleh dan menjawab pertanyaan ini; Siapa saya? Ini mungkin terdengar seperti pertanyaan konyol, meski tampak sedikit filosofis. Jawaban pertanyaan semacam ini kompleks dan paradoks sekaligus. Masing-masing dari kita mampu memberikan jawaban yang berbeda atas pertanyaan yang sama ini. Tiap-tiap kita memiliki dimensi 'saya' yang berbeda-beda. Dan, seharusnya, diri kita sendirilah yang paling mengenal dimensi 'saya'-nya masing-masing. Meski begitu, saya berani bertaruh, ketika kita mendapati diri kita menanyakan pertanyaan semacam ini kepada diri sendiri, hampir setiap dari kita akan kesulitan atau paling tidak kebingungan untuk menjawabnya. Ya, mungkin ada satu dua orang yang mampu menjawab pertanyaan semacam ini. Tapi biarkan sekali lagi saya bertaruh, bahwa sekurang-kurangnya, orang tersebut akan menjumpai banyak keraguan dalam ja...