Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Perang Melawan Artificial Intelligence: Infinity War?

Tulisan ini saya buat sebagai kenang-kenangan acara Annual Conference yang diselenggarakan oleh jurusan Akidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada hari Kamis, 13 September 2018, bertempat di Gedung Teatrikal Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Mengangkat tema "Kontribusi Akidah dan Filsafat Islam bagi Kemanusiaan di Era Milenial", kongkow ilmiah ini dinarasumberi oleh Dr. Haidar Bagir (Direktur Utama Penerbit Mizan, Bandung), Dr. Kholid Al-Walid (Rektor Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, Jakarta) dan Kaprodi kami yang meski namanya tercantum sebagai narasumber, namun perannya lebih ke moderator, Dr. Roby Habiba Abror. Setelah hiburan pra-acara berupa pembacaan sholawat diiringi grup rebana dadakan dari prodi Akidah dan Filsafat Islam (AFI), acara yang sejatinya dijadwalkan mulai pukul 08.00 molor beberapa menit karena menanti Pak Haidar Bagir yang belum datang--mungkin terjebak macet atau beliau kecapekan karena sehari sebelumnya juga menjadi narasu...

Cita-Cita

Seorang dosen yang baru pertama kali mengajar di kelas kami--setelah memberi ceramah motivatif dan menyampaikan kontrak belajar--menanyai nama, asal daerah, dan sekolah kami sebagaimana lazimnya dosen lain saat tatap muka perdana. Tapi ada yang beda. Bapak dosen ini juga meminta untuk menyebutkan cita-cita yang kami impikan. Hanya satu cita-cita. Untuk acara perkenalan di jenjang Sekolah Dasar dan SMP, mungkin ini wajar. Namun di bangku perkuliahan semester tiga, pertanyaan ini menjadi aneh. Suasana kelas mendadak riuh. "Saya hanya ingin tahu saja kalian ingin jadi apa," kata Pak Dosen. Tentu saja jawaban-jawaban yang muncul sangat beragam dan saya kira, hampir di antara kami semua menjawab dengan asal-asalan. Ada yang memiliki cita-cita menjadi presiden, dosen, tentara, pengusaha, rektor UIN, bahkan waliyullah! Saat menunggu giliran ditanya, saya sempat memikirkan apa yang harus saya jawab. Dan, jujur saja, saya bingung harus menjawab apa. Barangkali saya mengalami disor...

Huruf

HURUF Oleh: Midadwathief*             "Ini huruf apa?" Bu Lastri menulis huruf 'M' besar-besar di papan tulis. Ruangan kelas tampak lenggang menyisakan dua orang saja; Bu Lastri dan Rinto. Semua murid kecuali Rinto sudah pulang. Rinto masih tinggal di kelas , sebab ia adalah murid istimewa .             "Ka...," jawab Rinto. Suaranya serak. Dahinya dipenuhi peluh meski cuaca tidak panas.             "Huruf apa, Rinto? Ayo anak pandai, kamu pasti bisa." Bu Lastri mencoba memberi dorongan semangat kepada muridnya yang satu ini meski sebenarnya ia sendiri mulai jenuh dan putus asa.             Kelas ektraekslusif ini sudah berlangsung hampir satu jam penuh dan belum juga tampak tanda-tanda akan membuahkan hasil. Sudah belasan kali Bu Lastri bertanya tentang...

Ngaji Burdah di Kafe Basabasi

Burdah 16: Tentang Nafsu*             Man li biroddi jimahin min ghowayatiha             Kama yuroddu jimahulkhoyli billujumi             “Secara logika, mana mungkin sesuatu yang partikular bisa mengalahkan sesuatu yang sifatnya universal?” tanya Cak Kus.             Pertanyaan yang sengaja dilontarkan agar para audiens siap menerima jawaban yang disampaikan nantinya itu dijawab sendiri oleh Cak Kus. Bahwa nafsu, meski hanya sebagian kecil dari berbagai macam unsur yang menjadi konstruksi utuh manusia, mampu merusak dan mengalahkan keseluruhan unsur-unsur lainnya. Nafsu bahkan mampu melenyapkan label ‘manusia’ terhadap manusia itu sendiri. Maka benarlah jika ada yang beranggapan bahwa manusia yang dikalahkan oleh hawa nafsunya—dalam artian tidak mampu m...

Rumus Rindu

            Tanpa bermaksud mengerdilkan kekuatan super Dilan dalam menanggung beban berat sebuah rindu, sebagai mantan fisikawan abal-abal, saya akan mencoba merumuskan rindu dalam angka-angka untuk mengetahui seberapa berat sebuah rindu yang sedang kita pikul.             Seandainya rindu dapat diilmiah dan diejawantahkan dalam hitung-hitungan bilangan, saya akan katakan bahwa rumus dari rindu adalah jarak dikalikan waktu. Sebab rindu berbanding lurus dengan besaran rentang jarak dan waktu. Semakin jauh jarak seseorang dengan sosok yang dirindukan, semakin besar pula badai rindu yang melandanya. Dan semakin lama waktu terakhir kali berjumpa di antara keduanya, semakin berat pula rindu yang ditanggungnya. R = J x W . R adalah beban rindu yang ditanggung. Mengingat rindu dikaitkan dengan berat (begitu kata Dilan Sang Pakar Rindu), maka dapat dipastikan bahwa satuan ri...