Tanpa berani kupejamkan barang sedetikpun
Mata ini menelanjangi hari
Ia relakan kelopaknya digagahi mentari
Melibatkan diri dalam skema kebahagian pagi
Masih tak ada desing mesin-mesin
Masih tak ada deru roda-roda
Dedaunan menguning
Bukan karena tak sedap
Sebab hijaunya bercumbu dengan sinar Sang Surya
Tuhan menugaskan malaikatnya
Mengitari penjuru bumi
Mencari manusia yang terjaga di awal hari
Baginya rejeki; tiap-tiap pagi
Ayam jantan masih berisik
Entah untuk siapa ia berkokok
Takdirnya memang begitu
Teriak sana teriak sini
Tiap pagi
Sampai serak suara di tenggorok
Tuhan tugaskan mentari
Bagi rejeki bagi pepohonan yang tumbuh rapi
Klorofil-klorofil itu bereproduksi bersama sehaluan cahaya matahari
Fotosintesis itu anugerah ilahi
Ia rejeki yang menyuplai tenaga bagi akar-akar untuk memeluk bumi
Ia gizi bagi batang-batang kokoh untuk tegak berdiri
Kemana pula embun yang menunggang dedaunan?
Tak kujumpai ia walau sebutir
Siapa yang beruntung menghisapnya lebih pagi dariku?
Ah, siapa yang berani mendahuluiku?
Ayam-ayam itu
Jangan-jangan mereka
Mana bisa ia berteriak tanpa serak?
Pasti mereka
Embun itu membuatnya kuasa bersorak
Ayam-ayam itu
Sepagi ini sudah jingkrak-jingkrak
Depok, 20 Januari 2017
Komentar
Posting Komentar