Saya baru saja rampung menonton film Kung Fu Panda 3 (2016) tanpa pernah menonton dua seri sebelumnya. Entahlah, mungkin menurut sebagian orang, terutama filmholic, saya tergolong telat baru menontonnya sekarang. Tapi saya tidak risau. Saya hanya akan mencoba sok ahli menjadi pengulas film pada tulisan kali ini. Film yang akan saya ulas adalah Kung Fu Panda 3 yang baru saya nikmati beberapa jam yang lalu.
Saya kategorikan film ini sebagai SU alias film yang dapat ditonton dan dinikmati oleh semua umur. Kakek, nenek, buyut, tua, muda, balita, bapatta, batita, baduta, basata semua bisa menikmati film ini (tentu dengan cara dan interpretasi yang berbeda-beda).
Kenapa saya mengatakan film ini bisa dikonsumsi semua umur? Bukan! Saya tidak melabeli SU karena film ini berkemasan kartun (entah istilahnya apa untuk film kartun yang penggarapan teknologinya hidup seperti itu). Tapi lebih didasari oleh nilai-nilai kearifan yang terkandung didalamnya.
Di film ini diceritakan, Oogway, salah satu pesohor kung fu yang paling dihormati (berbentuk kura-kura), kalah melawan Kai, salah seorang sahabatnya sendiri yang kemudian berbalik sifat menjadi musuh utama sekaligus pemeran antagonis paling top di film ini.
Oogway, dengan kesahajaannya, berkata, "Aku tidak ditakdirkan mengalahkanmu". Lantas Oogway meramal bahwa akan ada seseorang (padahal maksudnya bukan orang, tapi Panda) yang mampu mengalahkan Kai. Orang itu memiliki Master Chi. Chi sendiri adalah energi yang menyatu dengan tubuh dan mengalir di dalamnya.
Setelah sekian tahun, Kai yang sebelumnya sudah dikirim ke dunia arwah mampu kembali ke dunia nyata dan mencari sosok yang mempunyai master chi seperti yang sudah diramalkan Oogway. Tujuan Kai adalah untuk mengusai dunia (terutama menghapus citra baik Oogway). Dalam upayanya, Kai mengalahkan semua pendekar kung fu dan mengambil chi yang mereka punya. Bahkan guru dan teman-teman Po alias Lotus, tokoh utama film ini yang seorang panda, sudah dikuasi oleh Kai. Hanya tinggal seorang harimau betina bernama Tigress.
Po sendiri yang selama 20 tahun terakhir diasuh oleh bapak tirinya yang seekor angsa, secara tidak sengaja bertemu dengan ayah kandungnya, Li. Li mengatakan bahwa masih ada kaum panda yang tersisa. Mereka tinggal di kampung rahasia. Selama 20 tahun ini, Po tidak mengetahui jika kaum panda masih hidup. Bahkan ia tidak pernah bertemu dengan ayahnya sendiri sedari kecil. Akhirnya Po memutuskan untuk ikut bersama Li ke kampung halaman -ayah tirinya ikut juga dengan cara sembunyi dibalik tas Po.
Dari situ Po belajar untuk menjadi seekor panda sesungguhnya. Kebiasaan panda yang tidak pernah ada dalam diri Po mencoba dikembalikan. Ia belajar bangun tidur sore, tidur menggantung, sampai menggelundung di bukit sebagai ganti berjalan. Niat awal Po belajar menjadi panda agar ia diajarkan chi oleh ayah kandungnya yang seorang panda. Konon, kaum panda memiliki chi.
Setelah belajar kebiasaan panda, ternyata ayah kandung Po tidak bisa mengajari chi. Ia berkata bahwa dulunya kaum panda memang mampu mengeluarkan chi. Tapi sekarang tidak lagi. Po kecewa dan sempat marah kepada ayah kandungnya sendiri.
Berkat suntikan semangat dari ayah tirinya yang seorang angsa, ayah kandung Po akhirnya menemui Po dan bersiap mendukung Po melawan Kai, apapun resikonya. Ayah kandung Po meminta Po untuk mengajari kaum panda agar mereka bisa menjadi seperti Po yang pandai kung fu.
Dari situ Po sadar akan kata-kata gurunya, "Kamu tidak mengenal dirimu sendiri. Kamu harus menjadi dirimu sendiri". Dengan wajah berbinar, Po berkata kepada ayah dan seluruh kaum pandanya, "Kalian tidak perlu menjadi seperti aku. Yang dibutuhkan, kalian harus menjadi diri kalian sendiri". Seperti mendapat ilham, Po akhirnya melatih kung fu kaum panda dengan cara yang tidak biasa. Po mengajari kung fu sesuai dengan hobi dan kesukaan mereka. Ada yang dibiarkan memeluk kayu, ada yang makan pangsit, ada yang main kembang api dan lain sebagainya.
Kai akhirnya tiba di kampung rahasia. Awalnya, kung fu tidak biasa yang diajarkan Po sempat memberikan perlawan terhadap pasukan Kai. Tapi yang terjadi kemudian, Kai marah besar dan Po dihajar hingga babak belur. Jurus jari Po yang diandalkan Oogway untuk mengirim Kai kembali ke dunia arwah tidak mempan. Jurus itu hanya berfungsi untuk makhluk hidup. Padahal Kai adalah seorang pendekar arwah.
Po dan seluruh kaum panda terdesak. Kai tinggal selangkah lagi menghancurkan semuanya. Disaat genting itulah, Po melompat ke punggung Kai dan mendekapnya erat. Po dengan sigap dan penuh heroik mengorbankan diri dengan melakukan jurus jari terhadap dirinya sendiri. Dengan sekejap, Po dan Kai lenyap. Terkirim ke dunia arwah.
Kai dan Po kembali bertarung di dunia arwah. Pertarungan berat sebelah. Kai meringkus Po dan berusaha mengambil chi Po. Saat pengambilan chi sampai di leher, tiba-tiba sesuatu terjadi. Di atas sana, di dunia nyata, seluruh kaum panda menyadari dirinya masing-masing. Ayah, keluarga dan teman. Mereka semua mengeluarkan chi dan membantu Po dari dunia nyata.
Po menjadi master chi. Dengan simbol naga, ia menghancurkan Kai dan menyelamatkan orang-orang yang disandera Kai dalam chi-nya. Akhirnya Po dan seluruh tawanan kembali ke dunia nyata dengan suka cita. Po telah menyelamatkan dunia. Tamat.
Banyak pesan indah yang disampaikan dalam film ini. Diantaranya, kita harus menjadi diri sendiri dengan mengetahui potensi diri dan tidak berusaha menjadi orang lain. Kita harus mensyukuri apapun yang digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Tidak harus menjadi orang lain untuk bahagia. Justru perbedaan potensi dan karakter itulah yang menjadi kita bersatu dan saling melengkapi satu sama lain. Seperti Yin dan Yang. Meski berbeda, tetap seirama. Hidup ini seluruhnya paradoks. Kita ambil seni dari perbedaan-perbedaan itu, maka kita akan mendapatkan rahmat.
Jujur, saya sempat menangis saat ayah Po tak berdaya melihat anak semata wayangnya yang baru ia jumpai selama beberapa hari kecewa karena ia tidak bisa mengajarkan chi kepada Po. Betapa seorang ayah yang menantikan anaknya selama bertahun-tahun ternyata tidak berhasil membahagiakannya. Di scene ini, emosi saya meluap.
Saya memang tipe orang yang mudah menangis atau sekurang-kurangnya menangis dalam hati. Dada sesak meski mata tak mengucur air. Terserah kalian mau menjudge saya cengeng atau apalah saya tidak peduli. Yang jelas saya hanya menyalurkan emosi diri dengan tangisan atau semacamnya.
Inti dari tulisan ini sebenarnya sederhana saja. Tonton filmnya, ambil yang baik darinya. Film ini layak dinikmati sambil makan gorengan atau cemilan ringan.
Diakhir saya menulis, saya akhirnya menyadari bahwa saya bukan penulis ulasan film yang baik.
Salam.
Komentar
Posting Komentar