Pernah dengar mitos kalau kejatuhan cicak berarti ada salah seorang keluarga kita yang akan meninggal dunia? Kalau belum, saya akan ceritakan.
Paman saya, kakak ibu, setiap saudara kandungnya meninggal, ia selalu bermimpi kejatuhan seekor cicak. Tidak selalu juga sebenarnya, tapi lebih dari tiga kali. Terjadinya kejadian dengan 'penyebab' yang sama lebih dari tiga kali secara tidak langsung akan melahirkan mitos bagi yang mengalaminya. Meskipun sebenarnya hal itu tidak masuk akal semisal kejatuhan cicak.
Kebetulan, sekitar tiga hari yang lalu, saya yang sedang terlibat obrolan malam seru dengan seorang kawan di emperan masjid, tiba-tiba kejatuhan cicak. Bruk! Cicak itu mendarat di sandal kawan saya. Saya langsung berkata spontan: kita akan dapat rejeki.
Saya katakan kepada kawan saya kalau di daerah saya, ada mitos yang mengakar bahwa kejatuhan cicak adalah pertanda kalau keluarga kita akan ada yang meninggal. Saya, sebagai orang yang berpendidikan -pendidikan tidak harus bergelar dan bersekolah setinggi langit- tidak serta merta mempercayainya begitu saja. Maka saya melawan mitos.
Begini, menurut agama yang saya yakini kebenarannya, urusan mitos itu diposisikan sebagai sunnatullah. Dan itu biasa saja. Artinya, kalau semisal setelah cicak jatuh benar-benar ada keluarga kita yang meninggal, itu hanya sunnatullah belaka. Jika kita sampai mempunyai keyakinan bahwa yang menyebabkan kematian adalah jatuhnya cicak, kita bisa terjerumus ke ranah syirik. Naudzubillah.
Sunnatullah itu secara harfiah berarti tindakan Allah. Saya meyakini bahwa secara hakikat, segala sesuatu yang terjadi adalah laku-tindak Tuhan. Sunnatullah ada dua kategori. Yang pertama adalah sunnatullah mutayaqqonah. Pengertian bebasnya adalah sunnatullah yang kejadian dan penyebabnya hampir pasti terjadi. Persentasenya 90% keatas. Contohnya adalah kenyang karena makan. Hampir pasti setiap orang yang makan akan kenyang. Meski begitu, kita tidak boleh berkeyakinan bahwa makananlah yang menyebabkan kenyang. Penyebabnya tetap Tuhan, sunnatullah. Yang kedua adalah sunnatullah mutawahhamah. Merupakan sunnatullah yang kejadian dan penyebabnya fifty-fifty alias 50%. Contohnya adalah kesembuhan penyakit karena obat dari dokter. Bisa juga semisal mendapatkan pekerjaan karena sekolah di SMK. Mitos juga termasuk sunnatullah jenis ini.
Jadi, ketika anda menabrak sebuah kucing di jalan raya, hal terbaik yang musti anda lakukan adalah menghentikan laju kendaraan. Ambil dan kuburkan kucing itu dengan baik atas dasar saling mengasihi antar sesama makhluk Tuhan. Bukan atas dasar keyakinan mitos yang berbunyi: barang siapa menabrak kucing di jalan dan tidak menguburkannya, cepat atau lambat, ia akan tertimpa sial berkepanjangan.
Ini tidak sama dengan ancaman sms yang seringkali terkirim ke kotak masuk. "Masyaallah, siang tadi, makhluk seperti dajjal muncul di timur tengah. Dikabarkan dajjal akan muncul dan akhir dunia semakin dekat. Sebarkan pesan ini ke 10 orang temanmu. Kalau anda tidak menyebarkan, dalam waktu 12 jam, anda akan tertimpa sial".
Saya selalu tertawa membaca sms seperti itu. Bukannya saya tidak percaya terhadap peristiwanya, tapi saya menertawakan ancamannya. Dikitab suci seluruh agama apapun, Tuhan tidak pernah mengancam kita dengan kesialan hanya gara-gara kita tidak menyebarkan sms. Yang ada, Tuhan itu akan marah jika kita tidak berbuat baik kepada sesama manusia.
Saya sedih saat beberapa kawan saya masih saja ada yang mengirim sms seperti itu. Seolah-olah mereka bukan orang yang berpendidikan. Seolah-olah mereka tidak mengenal dekat Tuhan.
Tadi siang, pukul 11.00 WIB, saya dapat kabar dari Banyuwangi bahwa bibi, kakak perempuan ibu saya meninggal dunia. Tepat tiga hari setelah saya kejatuhan cicak. Entah paman saya bermimpi kejatuhan cicak lagi atau bagaimana, saya tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu. Yang jelas, saya hanya meyakini bahwa jika ajal sudah tiba, maka tidak ada yang bisa menunda atau mempercepat sedetikpun, dengan atau tidak didahului jatuhnya cicak sebelumnya.
Doa-doa saya langitkan. Bibi saya orang yang teramat baik. Saya saksinya. Saya menerima dan meyakini kepergian beliau sebagai takdir Tuhan. Saya tidak peduli mitos. Dan saya tidak menyalahkan cicak yang kehilangan keseimbangan dan jatuh tertarik gaya gravitasi malam itu.
Komentar
Posting Komentar