Langsung ke konten utama

Kanjeng Dimas Taat Pribadi

    Perawakannya tambun, alis tebal dan saya rasa, cara berjalan dan berdirinya memang ia atur sedemikian rupa agar tampak berwibawa. Dia dikenal sebagai tokoh spiritual oleh pengikutnya. Namun namanya lebih dikenal sebagai orang berpenampilan ala ulama' yang gemar mendemonstrasikan kemampuan diluar nalar manusia: mengeluarkan uang dari balik jubah besarnya.

    Namanya Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Belakangan ini namanya semakin 'harum' diperbincangkan di berbagai televisi. Kanjeng Dimas digerebek polisi satu kompi. Dia dituduh melakukan pembunuhan berencana terhadap salah seorang santrinya sendiri.

    Popularitas Kanjeng Dimas mulai melonjak saat ia tiba-tiba menghebohkan dunia per-youtube-an dengan aksi-aksi menawannya. Dengan songkok tinggi di kepala, jubah kebesaran yang menambah nilai diri betapa wibawanya dia, ia mengeluarkan uang dari balik saku jubahnya. Bukan seribu dua ribu yang ia punya, melainkan ratusan juta. Lembar lima puluh dan seratus ribuan seakan tak akan pernah habis ia lemparkan. Jubahnya bagaikan mesin pencetak uang yang mampu menghasilkan uang berjuta-juta semaunya. Siapapun yang melihat videonya, pasti berdecak kagum penuh keheranan. Bahkan di antara viewers, tidak sedikit yang mengucapkan subhanallah atau masyaallah sebagai apresiasi 'karomah' yang dimiliki Kanjeng Dimas.

    Pertama kali melihat videonya, saya juga takjub. Namun ketakjuban itu dengan segera lenyap begitu saja. "Serendah-rendahnya waliyullah, mereka tidak akan pamer hal hina seperti itu." Kata-kata itu spontan keluar dari batin saya. Kanjeng Dimas mungkin dianggap waliyullah oleh sebagian pengikutnya. Tapi saya yakin ia orang biasa saja. Tak peduli ia dekat dengan pejabat atau akrab dengan para kiai sekalipun.

    Uang memang kerap membuat kita gelap mata. Beberapa tahun yang lalu, di Blitar ada fenomena menggelikan. Salah satu pimpinan aliran spiritual, mengaku menjual tiket surga seharga dua juta sekian terhadap pengikutnya. Banyak yang kena tipu. Pengikutnya banyak meski tidak sampai ribuan. Mirisnya, banyak di antara mereka adalah kaum berpendidikan seperti mahasiswa dan dokterandes. Bagaimana mereka yang sudah berpendidikan tinggi dan bergelar sedemikian rupa masih bisa tertipu dengan hal-hal yang menurut saya tidak masuk akal sama sekali? Bahasa kasarnya, ponakan saya yang masih play group saja tidak akan mau disuruh membeli tiket surga. Ada-ada saja.

    Saya kira ada semacam brain wash dalam praktik-praktik semacam itu. Entah bagaimana cara mereka mendoktrin, yang pasti, secara akal sehat hal itu sangat kecil kemungkinannya untuk bisa terjadi kepada orang yang tidak dicuci otak sebelumnya.

    Konon pihak kepolisian sebenarnya sudah lama ingin memenjarakan Kanjeng Dimas. Tuntutan yang dialamatkan adalah penggandaan uang. Namun, usut punya usut, pihak kepolisian masih sungkan untuk menangkap Kanjeng Dimas. Alasannya apa, saya tidak tahu pasti. Mungkin karena Kanjeng Dimas punya banyak pengikut fanatik dan hubungan baiknya yang sedemikian erat dengan beberapa pejabat dan ulama' di Probolinggo.

    Saat ini, setelah sekian lama, Kanjeng Dimas akhirnya menghuni hotel prodeo. Entah saya harus menyesal atau malah bersyukur. Sebab tentu ada sisi positif-negatifnya dari peristiwa penangkapan Kanjeng Dimas. Positifnya, tentu saja praktik tidak jelasnya selama ini terbongkar. Negatifnya, kita tidak bisa menyaksikan lagi aksi sulap dari Kanjeng Dimas. Sebab, di tengah-tengah hedonisme di mana orang-orang memberhalakan uang, pertunjukan Kanjeng Dimas yang memukau seperti tidak menganggap uang sebagai benda berharga sedikitpun tentu sangat menarik dan kelak akan kita rindukan sebagai hiburan tersendiri.

    Saya justru tertarik mengetahui rahasia di balik namanya, Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Melihat track recordnya selama ini, saya jadi curiga, mungkin dari namanya yang super keren itu, ada kata yang disembunyikan. Kalau ditulis lengkap kira-kira menjadi 'Kanjeng Dimas Taat "pada ego" Pribadi.

    Pelajaran yang dapat dipetik dari Kanjeng Dimas adalah bahwa, pamer, entah bagaimanapun bentuk dan caranya adalah hal yang justru membuat pelakunya tampak semakin kerdil. Semoga Kanjeng Dimas segera diberi hidayah. Mungkin salah satu tahapan turunnya hidayah untuk Kanjeng Dimas memang via hotel prodeo. Semoga saja.

    Saya tidak mau membahas Kanjeng Dimas lagi. Yang jelas, saya bukan pengikut Kanjeng Dimas.

   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumus Rindu

            Tanpa bermaksud mengerdilkan kekuatan super Dilan dalam menanggung beban berat sebuah rindu, sebagai mantan fisikawan abal-abal, saya akan mencoba merumuskan rindu dalam angka-angka untuk mengetahui seberapa berat sebuah rindu yang sedang kita pikul.             Seandainya rindu dapat diilmiah dan diejawantahkan dalam hitung-hitungan bilangan, saya akan katakan bahwa rumus dari rindu adalah jarak dikalikan waktu. Sebab rindu berbanding lurus dengan besaran rentang jarak dan waktu. Semakin jauh jarak seseorang dengan sosok yang dirindukan, semakin besar pula badai rindu yang melandanya. Dan semakin lama waktu terakhir kali berjumpa di antara keduanya, semakin berat pula rindu yang ditanggungnya. R = J x W . R adalah beban rindu yang ditanggung. Mengingat rindu dikaitkan dengan berat (begitu kata Dilan Sang Pakar Rindu), maka dapat dipastikan bahwa satuan ri...

Belajar Tahu Diri dari Gus Miek

"Yang penting kita harus tahu diri. Yaitu menanamkan robbana dholamna anfusana di dalam hati kita masing-masing." Gus Miek. Siapa yang tidak kenal Gus Miek? Mulai dari bromocorah, perempuan penjaja birahi, lady disco, pemabuk, pencuri, maling kelas teri, bandit kelas kakap, tukang becak, pejabat, santri hingga kiai hampir tahu dan mengenal Gus Miek. Gelar yang mereka sematkan kepada Gus Miek juga beragam. Waliyullah, kyai, gus, orang antik dan lain-lain. Gus Miek memang dikaruniai beberapa kelebihan oleh Tuhan. Bahkan ada yang percaya, begitu lahir dunia, Gus Miek sudah diangkat menjadi waliyullah. KekasihNya. Maka tanyakanlah pada setiap sarkub alias sarjana kuburan tentang cerita-cerita Gus Miek. Mereka akan bergairah bercerita beragam kisah seputar keistimewaan Gus Miek yang tidak habis dikisahkan semalam suntuk meski ditemani kepul kopi hitam panas dan gorengan hangat sepiring. Orang terlanjur melihat Gus Miek sebagai individu yang memiliki linuwih. Gus Miek adalah su...

Yai Din Ploso: Kyai Penggiat Jamaah

    Syahdan, dahulu kala ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Airlangga. Kerajaan itu bernama Kahuripan. Prabu Airlangga yang sudah memasuki usia senja berkeinginan untuk menjadi pertapa. Ia berniat meninggalkan kerajaan Kahuripan yang sudah dipimpinnya selama bertahun-tahun. Sebelum benar-benar menjadi pertapa, ia berkeinginan mewariskan tahta kerajaan Kahuripan kepada penerusnya. Sayang, dari permaisurinya, ia hanya dikaruniai seorang putri bernama Sanggramawijaya -sebelum mengganti nama dan lebih dikenal sebagai Dewi Kilisuci. Sanggramawijaya tidak berkeinginan memimpin kerajaan Kahuripan. Ia juga memilih menjadi pertapa dan menolak untuk meneruskan tonggak estafet kepemimpinan yang ditawarkan ayahandanya. Akhirnya Prabu Airlangga memberikan tahtanya kepada dua orang putra dari selirnya, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun tidak mungkin jika kerajaan ini dipimpin oleh dua raja. Tidak ada dua matahari dalam satu langit. Prabu Airla...