Langsung ke konten utama

Tuhan Pengangguran


Di negeriku,
Batu dan mutiara tak ada beda.
Baik dan buruk sama saja.
Kualitas tak berharga.
Yang dijunjung tinggi hanyalah citra.

Di negeriku,
Integritas digadaikan.
Moralitas ditiadakan.
Seksualitas dijual-belikan.

Di negeriku,
Orang-orang tidak berani meminum kopi.
Khawatir ada bom nyasar.
Takut ada racun di sekitar.

Di negeriku,
Pemerintahnya uang.
Kabinetnya memberhalakan uang.
Rakyatnya tidak punya uang.

Di negeriku,
Wakil rakyat enggan mewakili penderitaan rakyat.
Wakil rakyat hanya suka mewakili kekayaan yang seharusnya milik rakyat.

Di negeriku,
Orang-orang bercita-cita menjadi artis.
Tanpa merasa perlu menghargai nilai-nilai patriotis.

Di negeriku,
Agama dijual-belikan di atas mimbar.
Label kafir sangat mudah diumbar sesumbar.

Di negeriku,
Guru dipenjarakan.
Hanya karena cubitan kecil yang didaratkan.

Di negeriku,
Orang miskin tidak boleh pintar.
Orang miskin tidak bisa sembuh segar.

Di negeriku,
Hukum adalah komoditas dagang.
Harganya naik-turun tergantung uang.

Di negeriku,
Kemerdekaan hanya satu tahun sekali.
Itu-pun hanya ditandai dengan kibar bendera di sana-sini.
Lain itu, mereka dijajah diri sendiri.

Di negeriku,
Kyai dipertontonkan.
Ustadz diaudisikan.
Pelawak dijadikan teladan.

Di negeriku,
Hukum negara dikebiri.
Keadilan dicaci-maki.
Palu hakim tak pernah diketuk sesuai porsi.

Di negeriku,
Media adalah dewa.
Dunia nyata tempat indekos sementara.
Waktu kita lebih banyak dihabiskan di dunia maya.

Di negeriku,
Hujan diturunkan oleh burung besi yang menebar garam di awan-awan.
Rezeki digantungkan di kursi-kursi yang ramai diperebutkan.
Penyakit disebabkan oleh tembakau yang kita tanam sendiri.
Kesembuhan hanya bisa didapat dengan uang yang kita beri.

Negeriku lucu sekali.
Semuanya ada tak perlu dicari.
Segalanya sudah diurus birokrasi.
Tuhan-pun menjadi pengangguran disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumus Rindu

            Tanpa bermaksud mengerdilkan kekuatan super Dilan dalam menanggung beban berat sebuah rindu, sebagai mantan fisikawan abal-abal, saya akan mencoba merumuskan rindu dalam angka-angka untuk mengetahui seberapa berat sebuah rindu yang sedang kita pikul.             Seandainya rindu dapat diilmiah dan diejawantahkan dalam hitung-hitungan bilangan, saya akan katakan bahwa rumus dari rindu adalah jarak dikalikan waktu. Sebab rindu berbanding lurus dengan besaran rentang jarak dan waktu. Semakin jauh jarak seseorang dengan sosok yang dirindukan, semakin besar pula badai rindu yang melandanya. Dan semakin lama waktu terakhir kali berjumpa di antara keduanya, semakin berat pula rindu yang ditanggungnya. R = J x W . R adalah beban rindu yang ditanggung. Mengingat rindu dikaitkan dengan berat (begitu kata Dilan Sang Pakar Rindu), maka dapat dipastikan bahwa satuan ri...

Belajar Tahu Diri dari Gus Miek

"Yang penting kita harus tahu diri. Yaitu menanamkan robbana dholamna anfusana di dalam hati kita masing-masing." Gus Miek. Siapa yang tidak kenal Gus Miek? Mulai dari bromocorah, perempuan penjaja birahi, lady disco, pemabuk, pencuri, maling kelas teri, bandit kelas kakap, tukang becak, pejabat, santri hingga kiai hampir tahu dan mengenal Gus Miek. Gelar yang mereka sematkan kepada Gus Miek juga beragam. Waliyullah, kyai, gus, orang antik dan lain-lain. Gus Miek memang dikaruniai beberapa kelebihan oleh Tuhan. Bahkan ada yang percaya, begitu lahir dunia, Gus Miek sudah diangkat menjadi waliyullah. KekasihNya. Maka tanyakanlah pada setiap sarkub alias sarjana kuburan tentang cerita-cerita Gus Miek. Mereka akan bergairah bercerita beragam kisah seputar keistimewaan Gus Miek yang tidak habis dikisahkan semalam suntuk meski ditemani kepul kopi hitam panas dan gorengan hangat sepiring. Orang terlanjur melihat Gus Miek sebagai individu yang memiliki linuwih. Gus Miek adalah su...

Yai Din Ploso: Kyai Penggiat Jamaah

    Syahdan, dahulu kala ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Airlangga. Kerajaan itu bernama Kahuripan. Prabu Airlangga yang sudah memasuki usia senja berkeinginan untuk menjadi pertapa. Ia berniat meninggalkan kerajaan Kahuripan yang sudah dipimpinnya selama bertahun-tahun. Sebelum benar-benar menjadi pertapa, ia berkeinginan mewariskan tahta kerajaan Kahuripan kepada penerusnya. Sayang, dari permaisurinya, ia hanya dikaruniai seorang putri bernama Sanggramawijaya -sebelum mengganti nama dan lebih dikenal sebagai Dewi Kilisuci. Sanggramawijaya tidak berkeinginan memimpin kerajaan Kahuripan. Ia juga memilih menjadi pertapa dan menolak untuk meneruskan tonggak estafet kepemimpinan yang ditawarkan ayahandanya. Akhirnya Prabu Airlangga memberikan tahtanya kepada dua orang putra dari selirnya, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun tidak mungkin jika kerajaan ini dipimpin oleh dua raja. Tidak ada dua matahari dalam satu langit. Prabu Airla...