Langsung ke konten utama

Refleksi 2016

Sejak tulisan ini ditulis, umur tahun 2016 menyisakan beberapa menit saja. Tanpa terasa, kita sudah menghabiskan 366 hari, melalui 8.784 jam, melewati 527.040 menit dan menyudahi 31.622.400 detik. Pertanyaan yang patut dipertanyakan sederhana saja, sepanjang tahun 2016, apa yang sudah kita perbuat?

Kalian mungkin beranggapan buat apa saya susah-susah menghitung jumlah jam, menit dan bahkan detik dalam setahun ini. Tapi tunggu, saya akan menjawabnya dengan singkat. Pertama, dalam menghitungnya, saya tidak mengalami kesusahan, sebab saya menggunakan jasa kalkulator yang tersedia di handphone untuk menghitungnya. Kedua, hitungan-hitungan itu akan membantu kalian, pembaca yang baik hati, untuk meraba tulisan ini. Terutama dalam paragraf-paragraf setelah paragraf ini.

Selamat tinggal 2016. Apa yang sudah kita lakukan selama setahun ini? Berapa kebaikan yang sudah kita tabung sepanjang tahun? Berapa keburukan yang sudah kita timbun mulai awal tahun? Lebih banyak mana yang kita raih, pahala atau dosa? Jujur, saya pribadi akan menjawab dosa.

Ada 31 Juta 622 ribu dan 400 detik yang kita alami sejak detik pertama terompet tahun baru hingga detik terakhir akhir tahun. Baiklah, jika hanya urusan menghitung detik, hampir semua orang bisa menghitungnya. Ambil kalkulator, kalkulasikan saja 366 (jumlah hari) X 24 (jumlah jam) X 60 (jumlah menit) X 60 (jumlah detik). Maka kalian akan mendapati hasilnya. Sederhana. Cepat dan mudah. Namun, yang perlu dipertanyakan adalah, adakah satu orangpun yang sanggup menghitung berapa pahala dan dosa yang ia ukir sepanjang tahun? Well, mungkin kalian akan berdalih, tugas yang mencatatnya sudah ada, Malaikat Rokib dan Atid, pahala dan dosa urusan Tuhan, sehingga kita tidak perlu ikut-ikutan menghitungnya, dan sebagainya.

Benar. Semua itu benar. Bahwa urusan hitung-hitungan pahala dan dosa adalah tanggungjawab Tuhan. Tapi ingat, urusan pertanggungjawaban pahala dan dosa adalah urusan kita, menjadi beban kita, dan yang akan menuai dampak akibatnya adalah kita di akhirat kelak. Tuhan, saya yakin bisa menghitung dosa dan pahala lebih cepat dari kalkulator. Kun fayakun! Angka-angka dosa dan pahal kita akan segera tertera dengan sekejap mata. Namun, sebagai pihak yang bertanggungjawab atas dosa dan pahala, kita perlu flashback, introspeksi, menengok kembali pencapaian yang sudah kita lampaui sepanjang tahun ini.

Mari kita tengok kembali hal-hal yang sudah kita lakukan selama tahun 2016 ini. Jika itu adalah pahala, maka kita harus bersyukur sudah diberikan kemampuan untuk melakukannya dan segera menanamkan tekad dalam diri untuk dapat kembali mengukirnya di lain waktu. Syukur jika kita bisa mengupgrade level ibadah kita, sehingga pahala yang kita tuai semakin tinggi nilainya. Dan jika itu adalah dosa, maka sejatinya ini adalah PR besar buat kita. Pertama-tama, kita harus bertaubat dan menyesalinya serta memiliki tekad kuat untuk tidak lagi mengulanginya. Kemudian perlu ada identifikasi masalah mengapa kita sampai terjerumus dalam kubangan dosa. Pada puncaknya, semoga kita mampu menghasilkan solusi untuk dapat membalikkan dosa dan menggantinya dengan perbuatan-perbuatan yang bernilai pahala. Semoga.

Introspeksi. Itulah inti dari tulisan ini. Belajar dari hal-hal yang telah lalu dan mentransformasikannya sebagai hal yang bernilai kebaikan di masa mendatang. Orang yang bijak tidak akan pernah memandang dan memperbincangkan aib orang lain. Sebab ia pasti akan terlebih dahulu menatap aib-aib dirinya sendiri dan mengintrospeksinya untuk kemudian menambalnya dengan benih-benih positif kebaikan.

Di akhir tahun ini, saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa terhadap apapun yang sudah terjadi. Anggap saja itu sudah kadaluarsa. Saya juga akan memaafkan siapa saja yang merasa kenal dengan saya atau saya yang mengenal mereka. Untuk orang-orang yang memberi saya cinta, kasih sayang, senyum, perhatian, waktu luang, kesempatan baik, hal-hal indah dan kebaikan-kebaikan lainnya, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Tuhan akan membalas kebaikan kalian dengan balasan berkali-kali lipat.

Dan, terkhusus bagi pembaca blog saya, entah itu pembaca yang setia ataupun pembaca yang tidak setia, entah itu mereka yang benar-benar membaca tulisan saya atau sekedar menscroll dengan cepat setelah mengetik "midadwathief.blogspot.co.id", terima kasih banyak sudah sudi menyapa dan mengunjungi tulisan-tulisan saya. Kalau tulisan-tulisan saya sempat memberi kesan buruk, baikkanlah. Kalau tulisan-tulisan saya mampu meninggalkan kebaikan, itu semua tak lebih karena anugerah-Nya. Saya akan sangat menantikan kritik konstruktif dari pembaca sekalian. Utamanya yang berkaitan soal tulis menulis. Sebab sebagai penulis, saya masih teramat jauh dari kata bagus.

Sekali lagi, Terima Kasih. Tanpa kalian, saya bukanlah siapa-siapa.

Selamat Tahun Baru 2017, semoga segalanya lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumus Rindu

            Tanpa bermaksud mengerdilkan kekuatan super Dilan dalam menanggung beban berat sebuah rindu, sebagai mantan fisikawan abal-abal, saya akan mencoba merumuskan rindu dalam angka-angka untuk mengetahui seberapa berat sebuah rindu yang sedang kita pikul.             Seandainya rindu dapat diilmiah dan diejawantahkan dalam hitung-hitungan bilangan, saya akan katakan bahwa rumus dari rindu adalah jarak dikalikan waktu. Sebab rindu berbanding lurus dengan besaran rentang jarak dan waktu. Semakin jauh jarak seseorang dengan sosok yang dirindukan, semakin besar pula badai rindu yang melandanya. Dan semakin lama waktu terakhir kali berjumpa di antara keduanya, semakin berat pula rindu yang ditanggungnya. R = J x W . R adalah beban rindu yang ditanggung. Mengingat rindu dikaitkan dengan berat (begitu kata Dilan Sang Pakar Rindu), maka dapat dipastikan bahwa satuan ri...

Belajar Tahu Diri dari Gus Miek

"Yang penting kita harus tahu diri. Yaitu menanamkan robbana dholamna anfusana di dalam hati kita masing-masing." Gus Miek. Siapa yang tidak kenal Gus Miek? Mulai dari bromocorah, perempuan penjaja birahi, lady disco, pemabuk, pencuri, maling kelas teri, bandit kelas kakap, tukang becak, pejabat, santri hingga kiai hampir tahu dan mengenal Gus Miek. Gelar yang mereka sematkan kepada Gus Miek juga beragam. Waliyullah, kyai, gus, orang antik dan lain-lain. Gus Miek memang dikaruniai beberapa kelebihan oleh Tuhan. Bahkan ada yang percaya, begitu lahir dunia, Gus Miek sudah diangkat menjadi waliyullah. KekasihNya. Maka tanyakanlah pada setiap sarkub alias sarjana kuburan tentang cerita-cerita Gus Miek. Mereka akan bergairah bercerita beragam kisah seputar keistimewaan Gus Miek yang tidak habis dikisahkan semalam suntuk meski ditemani kepul kopi hitam panas dan gorengan hangat sepiring. Orang terlanjur melihat Gus Miek sebagai individu yang memiliki linuwih. Gus Miek adalah su...

Yai Din Ploso: Kyai Penggiat Jamaah

    Syahdan, dahulu kala ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Airlangga. Kerajaan itu bernama Kahuripan. Prabu Airlangga yang sudah memasuki usia senja berkeinginan untuk menjadi pertapa. Ia berniat meninggalkan kerajaan Kahuripan yang sudah dipimpinnya selama bertahun-tahun. Sebelum benar-benar menjadi pertapa, ia berkeinginan mewariskan tahta kerajaan Kahuripan kepada penerusnya. Sayang, dari permaisurinya, ia hanya dikaruniai seorang putri bernama Sanggramawijaya -sebelum mengganti nama dan lebih dikenal sebagai Dewi Kilisuci. Sanggramawijaya tidak berkeinginan memimpin kerajaan Kahuripan. Ia juga memilih menjadi pertapa dan menolak untuk meneruskan tonggak estafet kepemimpinan yang ditawarkan ayahandanya. Akhirnya Prabu Airlangga memberikan tahtanya kepada dua orang putra dari selirnya, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun tidak mungkin jika kerajaan ini dipimpin oleh dua raja. Tidak ada dua matahari dalam satu langit. Prabu Airla...