Langsung ke konten utama

Soal Mantan

Mantan, tidak dengan pelafalan lughot Madura, bisa diartikan sebagai orang atau apapun yang sudah berlalu. Adapun fakta bahwa belakangan ini pengertian mantan lebih mengarah ke arti kekasih (kebanyakan yang dimaksud adalah kekasih non halal alias pacar) yang sudah ditinggalkan atau meninggalkan, itu hanyalah akibat dari kebiasaan kawula muda kita yang masih terkungkung faham labilisme dengan propaganda alayisasinya.

Sejarah, kenangan, waktu-waktu yang telah lalu, dan hari kemarin adalah mantan. Ia dan segala peristiwa yang menghiasinya adalah mantan. Begitu pula orang-orang yang telah melalui masanya, juga disebut mantan. Maka lazim kita temui istilah Mantan Presiden, Mantan Bupati, Mantan Menteri dan Mantan apapun setelah sosok yang berkepentingan tidak lagi menyandang gelar tersebut.

Maka, setiap mantan pasti meninggalkan kenangan. Entah itu kenangan baik ataupun buruk. Kenangan itu juga yang melatarbelakangi sikap seseorang terhadap mantannya (sekali lagi, bukan melulu tentang mantan pacar).

Sikap itu bisa melupakan dengan tahap selanjutnya meninggalkan. Atau balikan dengan tahap selanjutnya merangkul kembali dan memperbaiki keadaan. Sebagai contoh, ada seorang Bupati yang hanya menjabat selama satu periode dikarenakan kalah dalam pemilihan umum untuk periode kedua. Dan adapula Bupati yang menjabat selama dua periode setelah kembali muncul sebagai pemenang dalam pemilihan umum pasca periode sebelumnya. Ada mantan yang dilupakan, dan ada pula yang masih diinginkan. Pada akhirnya, mantan yang dilupakan benar-benar akan menjadi mantan. Sedangkan mantan yang masih diinginkan akan diberi kepercayaan untuk mendampingi kembali meski ujung-ujungnya akan menjadi mantan juga.

Secara makna, mantan hampir serupa dengan alumni. Namun biasanya, alumni lebih identik dikaitkan dengan sebuah institusi. Dalam salah satu meme berhaluan faham labilisme yang sempat saya temukan, ada kata-kata bertuliskan seperti ini; "Mantan adalah Alumni hati. Hati-hati, mereka sering kali mengajak reuni". Jika meninjau kalimat itu, jelas sekali bahwa 'hati' diposisikan sebagai sebuah institusi. Pada dasarnya, mantan dan alumni memang memiliki beberapa kemiripan meski tidak seutuhnya sama.

Tulisan ini sama sekali tidak berusaha mengungkit masa lalu pembaca terhadap kenangan indah bersama mantan. Substansi yang diupayakan untuk diketengahkan oleh tulisan ini adalah pentingnya mengambil pelajaran dari sosok mantan. Bagaimana seorang mantan mampu dijadikan obyek pembelajaran yang baik. Atau mungkin juga pembaca sekalian yang kebetulan seorang mantan, bisa mengambil pembelajaran dari tulisan ala kadarnya ini, sehingga pada prakteknya diharapkan mampu menjadi sosok mantan yang baik, yakni mantan yang akan dikenang dan dirindukan kenangan-kenangan indahnya. Bukan mantan yang dilupakan dan disumpah-serampahi karena kenangan-kenangan kelamnya. Semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumus Rindu

            Tanpa bermaksud mengerdilkan kekuatan super Dilan dalam menanggung beban berat sebuah rindu, sebagai mantan fisikawan abal-abal, saya akan mencoba merumuskan rindu dalam angka-angka untuk mengetahui seberapa berat sebuah rindu yang sedang kita pikul.             Seandainya rindu dapat diilmiah dan diejawantahkan dalam hitung-hitungan bilangan, saya akan katakan bahwa rumus dari rindu adalah jarak dikalikan waktu. Sebab rindu berbanding lurus dengan besaran rentang jarak dan waktu. Semakin jauh jarak seseorang dengan sosok yang dirindukan, semakin besar pula badai rindu yang melandanya. Dan semakin lama waktu terakhir kali berjumpa di antara keduanya, semakin berat pula rindu yang ditanggungnya. R = J x W . R adalah beban rindu yang ditanggung. Mengingat rindu dikaitkan dengan berat (begitu kata Dilan Sang Pakar Rindu), maka dapat dipastikan bahwa satuan ri...

Belajar Tahu Diri dari Gus Miek

"Yang penting kita harus tahu diri. Yaitu menanamkan robbana dholamna anfusana di dalam hati kita masing-masing." Gus Miek. Siapa yang tidak kenal Gus Miek? Mulai dari bromocorah, perempuan penjaja birahi, lady disco, pemabuk, pencuri, maling kelas teri, bandit kelas kakap, tukang becak, pejabat, santri hingga kiai hampir tahu dan mengenal Gus Miek. Gelar yang mereka sematkan kepada Gus Miek juga beragam. Waliyullah, kyai, gus, orang antik dan lain-lain. Gus Miek memang dikaruniai beberapa kelebihan oleh Tuhan. Bahkan ada yang percaya, begitu lahir dunia, Gus Miek sudah diangkat menjadi waliyullah. KekasihNya. Maka tanyakanlah pada setiap sarkub alias sarjana kuburan tentang cerita-cerita Gus Miek. Mereka akan bergairah bercerita beragam kisah seputar keistimewaan Gus Miek yang tidak habis dikisahkan semalam suntuk meski ditemani kepul kopi hitam panas dan gorengan hangat sepiring. Orang terlanjur melihat Gus Miek sebagai individu yang memiliki linuwih. Gus Miek adalah su...

Yai Din Ploso: Kyai Penggiat Jamaah

    Syahdan, dahulu kala ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Airlangga. Kerajaan itu bernama Kahuripan. Prabu Airlangga yang sudah memasuki usia senja berkeinginan untuk menjadi pertapa. Ia berniat meninggalkan kerajaan Kahuripan yang sudah dipimpinnya selama bertahun-tahun. Sebelum benar-benar menjadi pertapa, ia berkeinginan mewariskan tahta kerajaan Kahuripan kepada penerusnya. Sayang, dari permaisurinya, ia hanya dikaruniai seorang putri bernama Sanggramawijaya -sebelum mengganti nama dan lebih dikenal sebagai Dewi Kilisuci. Sanggramawijaya tidak berkeinginan memimpin kerajaan Kahuripan. Ia juga memilih menjadi pertapa dan menolak untuk meneruskan tonggak estafet kepemimpinan yang ditawarkan ayahandanya. Akhirnya Prabu Airlangga memberikan tahtanya kepada dua orang putra dari selirnya, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun tidak mungkin jika kerajaan ini dipimpin oleh dua raja. Tidak ada dua matahari dalam satu langit. Prabu Airla...