Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Tipikal Pemilik WC

Selain kamar tidur, tempat makan dan sekolah--bagi yang minat sekolah, kamar mandi, wabilkhusus yang ada WC-nya merupakan titik-titik yang wajib dikunjungi dalam rentang waktu 24 jam hidup seseorang dalam sehari semalam. Urusan membuang kotoran di WC ini memang amat serius. Sebab memang membuang kotoran tak semudah membuang kenangan dengan mantan. Artinya, membuang kotoran musti tahu diri, lihat tempat, tengok kiri kanan, pastikan anda membuangnya di tempat yang tepat. Jangan asal buang. Pun, meski kotoran itu sudah dibuang di tempat yang tepat, urusan anda belum selesai sampai di situ. Anda musti tahu bagaimana memperlakukan kotoran anda. Orang yang waras tentu akan menyiram kotorannya. Tidak membiarkannya menggenang hingga menjadi serupa barang peninggalan kuno atau kenang-kenangan yang tergeletak di mulut WC begitu saja. Rupanya masalah sikap pasca membuang kotoran ini menjadi perhatian besar bagi pemilik WC, lebih-lebih WC umum yang jam terbangnya terbilang tinggi karena kerap d...

Nasehat Adalah Zakat

Syahdan, suatu ketika Imam Ghazali dimintai nasihat oleh salah seorang koleganya. Beliau, yang meski sudah bergelar Hujjatul Islam alias Argumentator Islam dan secara keilmuan sangat kompeten dalam urusan memberi nasihat, tidak serta merta langsung mengiyakan permintaan si kolega. Dengan rendah hati, sang Imam bertutur bahwa beliau masih belum pantas, belum sampai pada level seorang penasihat. Penggalan kisah di atas termuat dalam mukaddimah kitab Bidayah al Hidayah karangan Imam Ghazali. Konon, latar belakang riwayat penulisan kitab tersebut berawal dari permintaan nasihat kolega sang Imam. Ulama salaf (tanpa-i) tempoe doeloe memiliki sebuah tradisi agung nan indah: saling meminta nasihat satu sama lain. Ketika seorang alim di daerah A mendengar bahwa ada seorang alim yang keilmuannya tersohor di daerah B, maka ia akan segera meminta nasihat kepadanya, begitu pula sebaliknya. Saling meminta nasihat, bukan saling mengajukan diri memberi nasihat. Tradisi ini menunjukkan betapa mereka,...

Cerita dari Warmindo

Sebagai mahasiswa yang tidak (baca: belum) ditakdirkan berkantong tebal, lagi-lagi, saya musti rajin menyatroni Warmindo demi cekoki asupan perut yang mulai tampak sedikit membuncit. Di Perumahan Polri, Gowok, Sleman Yogyakarta, saya punya Warmindo langganan yang tiap hari, paling tidak, sekali saya kunjungi. Malam itu, saya gagal mengingat tanggal pastinya, sekira pukul sembilan malam, karena urusan perut, saya harus mengunjungi Warmindo itu dan memesan sepiring nasi goreng telur plus segelas teh hangat. Saat itu, Warmindo sedang sepi pengunjung. Mungkin karena sedang tidak ada Moto Gp atau kesebelasan sepak bola yang berlaga. Kalau tidak keliru menghitung, hanya ada satu orang pengunjung setibanya saya di sana. Begitu pesanan saya tersaji di depan mata, segera saja saya menyantapnya dengan lahap, tanpa perlu menawari beberapa pengunjung dari bangsa Jin yang mungkin saja ada dan nimbrung di sekitar saya. Di tengah keasyikan menghabiskan nasgor, dari arah selatan, datang seorang lela...

Istriku yang Malang

ISTRIKU YANG MALANG Sudah jam 9 malam dan Paiman belum juga datang. Gatot melirik Swiss Army KW yang melilit di pergelangan tangannya, hampir dua jam lebih ia duduk di sini, sendiri. Kopi hitam di hadapannya menyisakan sekali teguk saja, tegukan setelahnya adalah ampas kopi. Gatot meraih sebatang rokok terakhirnya. Ia membuat batas waktu sendiri: kalau sampai sebatang terakhir ini habis dan Paiman masih belum juga tampak batang hidungnya yang sama sekali tak mancung itu, Gatot angkat kaki dari warung kopi lesehan di bibir sungai. "Kampret, mulai dulu sampai sekarang tetap nggak berubah si Paiman itu. Masih juga nggak tepat waktu," umpat Gatot, dalam hati. "Sseppp...," hisapan terakhir dari batang rokok terakhir Gatot. Ia membanting batang rokok yang hanya menyisakan gabus filter. Gatot sudah berdiri hendak beranjak pulang saat pundak kanannya ditepuk seseorang. "Lah, mau kemana?" Paiman muncul, cengengesan. Hampir saja Gatot menjitak kepala Paima...

Mensyukuri BAB

Seperti kebanyakan masalah yang kerap kali dialami oleh orang-orang yang begadang, malam itu, saya dan beberapa kawan terserang 'penyakit' alami; lapar tengah malam. Segera dipilih-lah tempat untuk menyembuhkannya; burjo alias warmindo -warung mie indomie. Alasan kenapa memilih warmindo sudah terang dan nyata; sehat bagi kantong. Klise namun baik. Diantara gerombolan kawan yang terjangkit kelaparan malam itu, rupanya hanya saya yang memesan nasi. Dua orang memilih untuk menyantap mie instan, seorang lagi memercayakan tugas pengganjal perut yang berderit kepada sepiring omelet lokal ala warmindo. Usai rampung melahap nasi, saya segera menyambar sebatang tembakau -sebab bagi perokok, salah satu waktu paling nikmat untuk menghisapnya adalah pasca makan pas. Belum habis sebatang, tiba-tiba perut saya bermasalah, mules. Toilet di sudut warung melambai-lambaikan daun pintunya. Memanggil saya agar mendiaminya segera. Dan saya patuh. Sebelum menyatroni toilet, tak lupa saya berbekal...

Tak Pernah Merdeka

Aku seorang pejalan; yang menempuh rindu dalam terjalnya kehidupan. Jutaan keringat yang mengkristal itu adalah bukti kesungguhan. Ia saksiku di hadapan Tuhan bahwa rindu itu benar-benar ada, bahwa itu benar-benar rindu. Tiap detik adalah potongan rel yang membentang antara aku dan Tuhan; tempat segala pulang. Sedang hidup ini hanya serupa stasiun kecil tempat singgah dan pemberhentian sejenak saja, sekedar meneguk kopi. Aku akan berhenti saat memulai. Dan baru memulainya saat akan berhenti. Tapi aku terus berjalan. Menabung kerinduan, memangkas jarak, meniadakan aku, menanggalkan jiwa, meninggalkan raga; untuk Menuhan, menjadi butir debu yang berserakan di hadapan Tuhan. Lalu aku mengerti sepenuhnya, aku mengerti sedalam-dalamnya; aku sejatinya tak pernah benar-benar merdeka. Sebab aku adalah pejalan yang terus menerus dijajah dan terjajah kasih sayang Tuhan. KA Sri Tanjung Banyuwangi - Yogyakarta 17 Agustus 2017 17.07 WIB

Ocehan Serius: Ibadah Tidak Salah

Jumat, 30 Juni 2017. Selepas sholat Isya, suasana Masjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mendadak mencekam. Kegiatan salat berjamaah yang seharusnya menciptakan kondisi khusyuk, tenang dan damai tiba-tiba berubah 180 derajat saat persis setelah salam, seorang lelaki yang juga mengikuti ritus ibadah sholat Isya sebagai makmum di shaaf ketiga -shaaf paling belakang- petang itu membabi buta menusuk ke arah kepala salah seorang jamaah yang sekaligus anggota Brimob. Dalam beberapa menit ke depan, Masjid Falatehan dihinggapi kecemasan hingga pelaku berhasil dilumpuhkan oleh aparat. Fakta yang paling miris adalah kenyataan bahwa sebelum menusuk, pelaku dengan lantang dan tegas sempat meneriakkan seruan atas keagungan Tuhan: Allahu Akbar! Seolah-olah perbuatannya memperoleh legitimasi dari Tuhan. Seakan-akan ia adalah aparat Tuhan yang diutus olehNya untuk melukai saudaranya sendiri. Di rumah Tuhan, pelaku mencatut nama Tuhan untuk tindakan dan perbuatan keji. Ya Allah... Saya han...

Kosong Kosong

"Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Bathin." Ketika masa sampai di penghujung ramadhan, ungkapan klise 'permintaan maaf' seperti itu mendadak populer. Bisa diungkapkan lewat bunyi (ucapan), ataupun via tulisan. Dan seringkali dipungkasi dengan kalimat simbolik; "Kosong kosong, ya". Jika dipandang dari kacamata penikmat sepak bola, 'kosong kosong' mungkin sangat membosankan dan tak pernah diharapkan. Sebab 'kosong kosong' berarti bahwa pertandingan berakhir seri dengan tidak ada satu gol pun yang tercipta. Padahal dalam sepak bola, gol adalah puncak orgasme. Gol adalah eureka. Namun kabar baiknya, dalam tulisan kali ini, saya tidak secara khusus mengenakan kacamata penikmat bola dalam mempreteli tema 'kosong kosong' disini. 'Kosong kosong' ini berkaitan dengan ungkapan klise dalam rangkaian permohonan maaf menjelang -atau ketika- Idul Fitri. Jadi saya harap, kalian tidak bosan dan semoga tulisan ini tidak mem...

Wonderful Wonder Woman: Review

Ketika DC Extended Universe (DCEU) akan merilis film Wonder Woman, antusias publik biasa saja, tidak heboh. Menurunnya animo itu sebenarnya dapat dimaklumi. Sebab dua film garapan DCEU sebelumnya yang digadang-gadang akan meraup sukses besar, Batman v Superman dan Suicide Squad gagal menjawab ekspektasi besar dari pecinta film. Ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri. Wonder Woman seolah muncul tanpa beban, nothing to lose. Meski saya tergolong assabiqunal awwalun alias orang-orang yang termasuk dalam golongan awal menonton Gal Gadot (maksud saya Wonder Woman), saya baru sempat menuliskan reviewnya hari ini (kalau tulisan ini layak disebut sebagai ulasan film tersebut, sih). Dan ini akan menjadi tulisan kedua di blog ini yang berkonten ulasan film setelah sebelumnya saya sempat menulis review film Kung Fu Panda 3. Yang paling penting untuk diperhatikan dan diketahui, review ala saya mungkin sangat berbeda dengan tulisan-tulisan lain yang mereview sebuah film diluaran sana. Tulisan s...

Simbiosis Mutualisme dalam Rivalitas antara Ronaldo dan Messi

4 Juni kemarin, Real Madrid berhasil merengkuh gelar Liga Champions ke 12 sepanjang keikutsertaan mereka dalam kompetisi tim papan atas paling prestisius di Eropa tersebut. Hasil itu sekaligus memecahkan mitos kuat bahwa tidak pernah ada satupun tim yang sanggup back to back alias juara beruntun sejak turnamen itu berganti nama menjadi Liga Champions --sebelum tahun 1992, turnamen itu bernama Piala Champions. Pujian mengalir deras kepada klub yang dipresideni Florentino Perez itu. Bahkan rival abadi mereka, FC Barcelona, melalui akun resmi twitternya mengucapkan selamat terhadap klub yang berpusat di Ibu Kota Spanyol tersebut. Nama Zinedine Zidane dielu-elukan di mana-mana. Maklum, meski Zizou --panggilan akrab Zidane-- belum genap 2 tahun menukangi Real Madrid, namun prestasi yang diraihnya sudah sangat luar biasa. Apalagi jika menengok ke belakang saat pertama kali penunjukkannya, banyak fans Real Madrid yang skeptis terhadap kemampuan melatih entrenador asal Prancis yang juga mant...

Harta Tahta Jakarta

Ada yang menyebutkan bahwa kehancuran lelaki kebanyakan disebabkan karena gagalnya mereka untuk mengelola 'Harta, Tahta dan Wanita' dengan seimbang. Bak dua sisi mata uang yang saling berlawanan, harta, tahta dan wanita sekali waktu bisa menjadi indikator kesuksesan seseorang.  Di lain sisi, ia bisa menghancur-tenggelamkan kehidupan seseorang. Kuncinya ada di pengelolaan yang seimbang terhadap ketiga elemen tersebut. Namun dalam prakteknya, rupanya ketiga dimensi itu berkelindan. Tiap entitas dari ketiga unsur itu inheren satu sama lain. Bahasa sederhananya, efek domino. Seringkali seseorang yang memiliki harta melimpah, ia akan berupaya membelanjakan hartanya untuk memanjakan wanita, entah wanita itu istri halalnya, entah istri serepannya. Begitu pula dengan tahta-wanita, tahta-harta dan sebaliknya. Orang menjadi penguasa untuk menimbun kekayaan, mendapatkan akses tikus agar mudah meraup kekayaan dengan intstan. Orang menjadi penguasa untuk meningkatkan status sosial yang na...

Elektabilitas Hari Valentine Terjun Bebas

Tidak seperti biasanya, gaung hari valentine yang diperingati tiap 14 Februari lenyap tak menggema untuk edisi 2017 di Indonesia. 'Elektabilitas' hari valentine terjun bebas seperti hilang dari peradaban. Hari valentine yang merupakan budaya non lokal alias impor itu kerap dicap sebagai hari kasih sayang. Hari dimana menyatakan cinta kepada pasangan akan menjadi sesuatu yang dianggap sakral, menembak gadis incaran bertahun-tahun menjadi sesuatu yang memorable, dan sekaligus menjadi hari dimana penjual beragam bunga, khususnya mawar, dan cokelat bergembira ria sebab barang dagangannya ludes terjual menjelang hari itu. Indonesia sebagai negara yang penduduknya selalu heboh dalam menanggapi berbagai isu global sering menampakkan sikap reaktif begitu kalender mendekati tanggal 14 bulan Februari. Begitu lembar Januari ditinggalkan, perbincangan mengenai hari valentine akan mengemuka di berbagai tempat, lebih-lebih di sosial media. Bermacam topik seputar hari valentine seperti huku...

Soal Hati

Pada hakikatnya, manusia memiliki dua aspek; jasmani dan rohani. Ada raga ada jiwa. Raga atau jasmani meliputi bentuk fisik tubuh seseorang. Sedangkan rohani mencangkup hal-hal yang sifatnya ghoib (tak kasatmata) semisal akal (bukan otak), hati (bukan jantung) dan nurani (bukan empedu). Jasmani adalah kemasan. Rohani adalah isi. Asal kamu rajin mandi paling tidak tiga kali sehari (bukan resep dokter), jasmanimu akan tampak sehat. Lain soal jika urusannya dengan rohani. Salah satu bagian terpenting dari aspek rohani adalah hati. Hati yang saya maksud bukan jantung atau empedu. Ia semacam perasaan yang mampu mempengaruhi cuaca langit-langit jiwa. Ia halus. Teramat halus. Saking halusnya, hingga timbul pertanyaan pesimistis, "Hati orang siapa yang tahu?" Dalam bahasa arab, hati disebut qalb (dengan "Q" bukan "K") yang secara harfiah bermakna bolak-balik, gonta-ganti, naik-turun. Sebab memang 'tingkah laku' hati tak menentu. Ia bisa tiba-tiba tertaw...

Malam-Malam

Malam-malam. Gelap sekeliling tiada seorang. Mungkin ada di persimpangan jalan, satu dua orang begadang. Sedang di gang-gang, suasana sisakan lenggang, bagi sekawanan tikus yang berkejaran. Malam-malam. Di mana orang-orang? Tak tampak meski hanya bayang. Mungkin mereka saling tindih di atas ranjang, memproduksi orang-orang di masa datang. Malam-malam. Jangan keluyuran. Kalau lelaki akan dikira maling pengembat uang. Kalau wanita dikira jalang perebut suami orang. Malam-malam. Jika terang adalah keindahan, kenapa pula harus ada petang? O, mungkin agar mata tak payah menatap mentari seharian. O, mungkin ini semacam sift tugas dari Tuhan; malam milik rembulan, maka mentari tak boleh terang. O, mungkin ini altar pementasan bintang-bintang. O, mungkin ini panggung di mana suara merdu jangkrik benar-benar dapat dinikmati dan didengarkan. O, mungkin seperti yang tadi; ini waktunya naik ranjang! Malam-malam. Tuhan tak pernah tidur. Ia janjikan malam-malam, bagi tamu-tamuNya yang henda...

Puisi Pagi

Tanpa berani kupejamkan barang sedetikpun Mata ini menelanjangi hari Ia relakan kelopaknya digagahi mentari Melibatkan diri dalam skema kebahagian pagi Masih tak ada desing mesin-mesin Masih tak ada deru roda-roda Dedaunan menguning Bukan karena tak sedap Sebab hijaunya bercumbu dengan sinar Sang Surya Tuhan menugaskan malaikatnya Mengitari penjuru bumi Mencari manusia yang terjaga di awal hari Baginya rejeki; tiap-tiap pagi Ayam jantan masih berisik Entah untuk siapa ia berkokok Takdirnya memang begitu Teriak sana teriak sini Tiap pagi Sampai serak suara di tenggorok Tuhan tugaskan mentari Bagi rejeki bagi pepohonan yang tumbuh rapi Klorofil-klorofil itu bereproduksi bersama sehaluan cahaya matahari Fotosintesis itu anugerah ilahi Ia rejeki yang menyuplai tenaga bagi akar-akar untuk memeluk bumi Ia gizi bagi batang-batang kokoh untuk tegak berdiri Kemana pula embun yang menunggang dedaunan? Tak kujumpai ia walau sebutir Siapa yang beruntung menghisapnya lebi...