Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Buku, Isi dan Barokah

Tempo hari, saya sengaja menceburkan diri di keramaian Pasar Senen. Bersama seorang teman, saya bermaksud hunting buku. Sebab menurut teman saya -- juga riset yang saya lakukan via googling -- Pasar Senen menjadi salah satu destinasi menarik yang menjajakan buku-buku murah. Semacam surga bagi mahasiswa kutu buku berkantong tipis. Berangkatlah saya siang itu menerobos kemacetan Ibu kota. Satu demi satu, tiap kios saya masuki. Sensasinya seperti blusukan. Dan kabar baiknya, dari blusukan itu, saya jadi punya persangkaan baik terhadap penjual buku di sana. Pastilah penjual-penjual buku itu orang pandai semua. Minimal kutu buku. Bagaimana tidak, mereka hampir mengenal seluruh nama-nama penulis, judul dan genre buku, baik luar maupun dalam negeri dengan sangat baik. Luar kepala. Luar biasa. Kekaguman itu sirna begitu saja saat belakangan saya tahu ternyata mereka juga hafal luar kepala tempat -- sekaligus titik koordinat -- buku-buku tersebut. Ah, berarti mereka hafal semua itu hanya un...

Anakku di Sekolah Kristen

Sore hari itu normal. Berjalan wajar. Tidak ada hal luar biasa atau luar wajar atau luar normal. Aku duduk malas di kursi warung seberang jalan. Kopi kapal api item plus susu mengepul-epulkan asap. Menebar aroma sedap. Sebatang filter tersulut. Klop. Seorang gadis, masih 6 tahun, menyeberang jalan tanpa tengok kanan kiri -- sambil berlari. Ia berhenti persis di depanku. Berhenti begitu saja. Mematung. Matanya menyisir keseluruhanku. Dari ujung kaki sampai ujung rambut. Seperti detektor saja. Diamatinya tubuhku, satu satu. Sebelum akhirnya tatap penuh selidik itu berhenti di tangan kiriku yang jemarinya mengapit rokok. "Om, orang Islam itu kalau merokok, berarti Kristen," telunjuknya menudingku seolah-olah aku maling ayam. Aku diam. Aku paham maksud kata-katanya. Seolah tidak peduli, aku justru mendemonstrasikan cara menikmati rokok di hadapannya. Kuhisap dalam-dalam, kutahan sekian detik lalu melepaskan asap-asap tebal di luaran. "Siapa yang bilang?" "Bu ...

Amnesia II

Lalu kau menawarkan rindu Yang urung saat tanganku maju. Aku mati dua kali Hidup sekali lupa sama sekali. Mendekat, jalanku. Menjauh, larimu. Kau seperti tak jemu Mengurungku dalam kubang rindu. Di persimpangan jalan Tempat kita berhenti bersamaan. Lidahmu menjulur belati. "Kau siapa? Aku benar-benar lupa." Hujammu, menusukku. Aku tak kuasa hidup lagi. Pasar Baru, 29 Oktober 2016.

Pemuda Hari Ini

Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Rumusan Sumpah Pemuda yang ditulis oleh Muhammad Yamin itu menjadi salah satu tonggak penting kemerdekaan Indonesia. Dalam moment Sumpah Pemuda juga-lah, lagu Indonesia Raya-nya WR Soepratman pertama kali dikumandangkan. Rumusan yang ditulis dengan ejaan Van Ophuijsen itu melecut nasionalisme para pemuda pra-kemerdekaan. Dari peristiwa monumental itu ke hari ini, sudah berjalan 88 tahun persis. Pertanyaannya, masih adakah nasionalisme di dalam jiwa pemuda hari ini? Perihal pemuda, kata-kata Soekarno selalu paling bertenaga. "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." Pertanyaannya, bisakah 10 pemuda hari ini meng...

Amnesia

Aku hampir lupa cara bernafas. Kau menjelma oksigen lepas. Aku hampir lupa cara berpijak. Kau berdiri di sisiku bagai tonggak. Aku hampir lupa cara merindu. Kau mendobrak pintu menggebu-gebu. Aku hampir lupa cara jatuh cinta. Kau mendorongku keras hingga aku terjatuh di sana. Kau siapa? Aku benar-benar lupa. Depok, 27 Oktober 2016.

Doktrinisasi Diri

Seorang kawan yang baik hati bertanya kepada saya tempo hari. "Bagaimana caranya agar kita gemar sholat?" Pertanyaan yang sebenarnya amat sederhana dan mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang. Tapi percayalah, jawabannya amat sukar dan tidak sesederhana yang kalian bayangkan. Maka saya terdiam sejenak sembari sedikit memutar otak. Kawan saya sepertinya butuh jawaban cepat. Segera dikeluarkanlah gadget di balik saku celana jins-nya. Browsing bagaimana cara agar suka sholat? Selang beberapa saat, dia mencak-mencak. Mengutuk artikel yang dibacanya di internet. "Kebiasaan sholat seseorang tergantung oleh orang tuanya. Jika orang tuanya tidak pernah memberikan contoh dan memerintahkan sholat kepada anaknya, besar kemungkinan anaknya akan tumbuh sebagai orang yang tidak gemar sholat." Begitu kira-kira bunyi artikel yang tertulis. "Salah, artikel ini salah," kata kawan saya, "Orang tua saya tidak seperti itu. Bahkan bapak saya bilang, bapak lebih suk...

Telinga Tuhan

Aku hampir menyangka Tuhanku adalah kesunyian. Saat segala yang kuucapkan tak pernah sudi didengar orang, kesunyian justru betah berlama-lama mendengar aku mengoceh binal. Saat segala yang kuperbuat tak lagi membekaskan percaya di jiwa manusia, kesunyian, dengan tulus tanpa babibu percaya begitu saja. Alangkah baiknya kesunyian... Ia tak menolak kujadikan tempat melontar sumpah serapah, nafsu kebinatangan, celotehan sampah sampai noda-dosa yang menggunung. Ia diam saja. Menerimaku apa adanya. Siapa lagi yang sudi menjadi tempat pembuangan selain kesunyian? Betapa sabarnya kesunyian... Caci maki kulepas tak beraturan, intrik-intrik kutebar tak bertuan, birahi-birahi kusebar tak karuan, ia tak bergeming. Seolah membiarkanku meluapkan segala kotor meski ia tak mau aku jatuh tersungkur menjadi pesakitan. Betapa eloknya kesunyian... Saat di luar sana, orang beramai-ramai mengasah lidah demi mahir menjilat, menyuarakan suara-suara kebenaran beraroma kepalsuan, mencibir sana, mencibir s...

Indonesia Kecil

Pagi ini sebenarnya berjalan wajar seperti sebelum-sebelumnya. Mentari masih terbit dari timur, ladang sawah dijejali petani, jalanan mulai dipenuhi lalu lalang kendaran bermotor, kicau burung bersahutan dari balik daun pepohonan. Sungguh, ini rutinitas semesta yang sama seperti yang sudah-sudah. Ketidakwajaran hanya terjadi di rumahku. Hari ini, tepat seminggu lalu, aku baru merampungkan tiga tahun belajarku di bangku SMA. Jauh-jauh hari sebelumnya, kami -aku dan keluarga- sepakat bahwa aku, si bungsu, akan melanjutkan studi di salah satu perguruan tinggi bonafid Eropa. Ini sebuah kebanggaan tersendiri bagiku. Sebab diantara 9 anak bapak, hanya diriku yang mendapat kesempatan untuk kuliah di luar negeri. Aku masih ingat betul, saat bapak menepuk pundakku dengan bangga seraya berkata, “Kamu akan jadi anak bapak yang paling top.” Ada yang bilang,  Jangan bermimpi terlalu tinggi. Sebab jika tak kesampaian, sakitnya tak terperi. Maka bermimpilah sewajarnya saja.  It...

Belajar Tahu Diri dari Gus Miek

"Yang penting kita harus tahu diri. Yaitu menanamkan robbana dholamna anfusana di dalam hati kita masing-masing." Gus Miek. Siapa yang tidak kenal Gus Miek? Mulai dari bromocorah, perempuan penjaja birahi, lady disco, pemabuk, pencuri, maling kelas teri, bandit kelas kakap, tukang becak, pejabat, santri hingga kiai hampir tahu dan mengenal Gus Miek. Gelar yang mereka sematkan kepada Gus Miek juga beragam. Waliyullah, kyai, gus, orang antik dan lain-lain. Gus Miek memang dikaruniai beberapa kelebihan oleh Tuhan. Bahkan ada yang percaya, begitu lahir dunia, Gus Miek sudah diangkat menjadi waliyullah. KekasihNya. Maka tanyakanlah pada setiap sarkub alias sarjana kuburan tentang cerita-cerita Gus Miek. Mereka akan bergairah bercerita beragam kisah seputar keistimewaan Gus Miek yang tidak habis dikisahkan semalam suntuk meski ditemani kepul kopi hitam panas dan gorengan hangat sepiring. Orang terlanjur melihat Gus Miek sebagai individu yang memiliki linuwih. Gus Miek adalah su...

Orang-orang Berwajah Rembulan

Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku selalu rindu tak karuan. Tanganku menggapai-gapai, ingin merasakan cahayanya juga, meski beberapa gelintir saja. Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku selalu merasakan kesejukan. Lisannya halus, tutur katanya kedamaian, perangainya tenang, seperti tak ada api dalam raganya. Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku selalu menjadikannya pelarian. Tempat lari dari kesemerawutan, kebingungan dan kesewenang-wenangan. Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku melihat purnama dalam hatinya. Purnama yang terangnya menenggelamkan cahaya surya. Purnama yang datang dari Tsaniyya Al Wada. Purnama yang wajib kita syukuri kehadirannya. Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku melihat senyum Tuhan. Depok, 25 Oktober 2016.

Kita yang Ateis

Tempo hari, saya menulis status di akun facebook, "Yang paling berhak menjadi ateis hanya Tuhan." Seorang teman baik di dunia maya yang juga berteman baik dengan saya di dunia nyata menanggapi postingan itu. "Paling berhak apa satu-satunya yang berhak?" Begini. Saya menggiring pemahan teman saya itu dengan ayat "Laa ikrooha fiddiin". Jangan berburuk sangka terlebih dahulu. Saya tidak sedang berusaha menjadi ahli tafsir dan tidak pula sedang memanfaatkan ayat untuk hal-hal berbau politik atau bahasa populernya, politisasi ayat. Tidak ada paksaan dalam beragama. Bahkan dalam ayat lain yang menurut saya masih senada menyebutkan, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Ayat terakhir asbabunnuzulnya adalah ketika Rasulullah ditawari kaum kafir untuk saling 'berbagi' agama. Kaum kafir meminta Rasulullah dan umatnya agar mengerjakan ritus agama kafirin seharian ini, esok harinya, sebagai balas budi, gantian kaum kafir yang ikut-ikutan melakukan ritual uma...

Serdadu Hujan

Semalam turun hujan. Petir saling sahut menggelegar. Langit menampilkan blitz kilat berkali-kali, seperti ada sesi pemotretan sepasang kekasih yang memadu cinta di nirwana sana. Angka di kalender sudah berganti, tapi hujan belum selesai improvisasi diri. Setidaknya sampai sore menjelang maghrib, hujan masih jatuh ke bumi. Aku kebetulan berkunjung ke masjid yang berjarak selemparan batu dari tempatku singgah. Sengaja berangkat lebih awal agar bisa melihat orang-orang memancing di tambak timur masjid. Sebatang rokok kunyalakan. Cess. Hujan benar-benar menjadi rahmat bagi semesta. Merokokpun jadi terasa beda. Seperti ada manis-manisnya. Aku memutuskan untuk melakukan meditasi konsentrasi. Diam tanpa bereaksi terhadap sikap semesta kepadaku. Kawanan cicak yang biasanya memenuhi langit-langit serambi masjid tak kujumpai malam itu. Segera aku tahu ke mana perginya. Mereka sedang mencari makan untuk perbaikan gizi. Sebab di sekitaran masjid, laron-laron mulai bermunculan mencari cahaya b...

Surat Terbuka Untuk Ahok

Pak Ahok yang terhormat, Saya bukan warga Jakarta. Saya melayangkan surat ini untuk anda setelah terjadi keributan di mana-mana yang harus anda akui dengan jujur, bahwa anda-lah tokoh antagonis di balik fenomena ini. Pak Ahok yang beragama, Saya muslim, Pak. Tapi tenang saja, saya tidak akan mendemo anda atau merusak taman kota yang anda bangun, sebab saya tidak memiliki massa. Lagi pula, islam yang mengalir di nadi saya selalu mengedepankan kasih sayang, bukan islam yang gemar memprovokasi dan menjadi sumbu kompor untuk menghalangi langkah bapak duduk nyaman kembali di kursi empuk DKI satu. Tapi saya rasa, demo besar-besaran dari komunitas islam untuk bapak juga tidak perlu saya sesali. Sebab untuk menunjukkan bahwa islam punya kekuatan dan tidak bisa dipandang remeh sebelah mata. Pak Ahok yang berpendidikan, Negara yang kita cintai bersama-sama ini kebetulan penduduknya mayoritas beragama islam, Pak. Jadi anda tidak hanya harus tahu, tapi juga harus sadar. Andaikan waktu itu bap...

Refleksi Hari Santri

    "Berdasarkan peninjauan tindak langkahnya adalah orang yang berpegang teguh dengan Al Qur'an dan mengikuti sunnah Rasul serta teguh pendirian. Ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan diubah selama-lamanya. Dan Allah-lah yang Maha Mengetahui atas kebenaran sesuatu dan kenyataannya".     Definisi santri oleh KH Hasani Nawawie Sidogiri itu kini terpampang sakral di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, menjadi pepiling hidup bagi setiap santri. Sedang definisi secara harfiah, santri berasal dari bahasa sanskerta, shastri, yang memiliki akar kata sama dengan sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.     Masih segar dalam ingatan, tahun lalu, tepatnya pada hari Kamis, 22 Oktober 2015, Presiden Jokowi meresmikan penetapan Hari Santri di hadapan sejumlah tokoh nasional dan santri di Masjid Istiqlal, Jakarta. Peresmian ini disambut euforia bahagia oleh kaum sarungan yang merasa lega setela...

Hamba Materialis

"Tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka menyembah (kepadaKu)."     Pada hakikatnya, semua selain Tuhan adalah hamba. Bahkan batu-batu, air, api, langit, bulan, bumi, matahari dan bintang-bintang yang memenuhi galaksi-pun adalah hamba. Adapun firman Tuhan hanya membatasi Manusia dan Jin saja, itu karena mereka termasuk golongan yang dibebani kewajiban untuk beribadah kepada Tuhan (baca: taklif). Maka sebenarnya, semesta-pun terus menerus menghambakan diri dan mengagungkan Tuhan dengan cara dan keunikannya masing-masing.     Beberapa waktu lalu, saya membaca artikel di medsos. Artikel itu mengisahkan seseorang yang sowan kepada Kiai Hamid Pasuruan. Ihwal sowannya bermaksud meminta solusi atas persoalan ekonomi yang menimpanya. Mbah Hamid menjawab dengan tegas, "Jamaah Shubuh. Maka kamu tidak akan pernah kekurangan."     Jujur. Setelah membaca artikel itu, timbul niatan dalam diri saya untuk mengistiqomahkan sholat shubu...

Pencitraan Hobi Kita Bersama

    Kalau saat ini anda mendengar kata 'Pencitraan,' pasti sosok Jokowi langsung melintas di benak anda. Ya, Pak Jokowi, Presiden kita yang njawani tur lugu itu bisa kita anugerahi gelar Bapak Pencitraan berkat jasanya mempopulerkan kata 'pencitraan' di telinga kita.     Dulu, saat masa-masa kampanye, gaya blusukan Jokowi ramai-ramai dituduh sebagai pencitraan. Jokowi baik sedikit dan beritanya sampai ke telinga publik, langsung divonis pencitraan. Segala kebaikan yang dilakukan Jokowi dianggap pencitraan belaka.     Saya bingung juga, sebenernya yang diinginkan rakyat ini apa, sih? Ada orang baik, dicela. Ada orang jelek, dimassa. Hei, Rakyat Indonesia. Kalian sehat?     Baik-lah.     Citra itu secara harfiah adalah gambaran atau kesan. Pencitraan berarti penggambaran atau pantulan kesan. Lihat? Apa yang salah dengan pencitraan. Something wrong? I think not.     Orang-orang yang kurang meng...

Perjanjian Sunyi

Aku ingin pergi ke tempat sepi. Tempat yang bahkan jangkrik-pun segan untuk bernyanyi. Tempat di mana sekumpulan kodok membisu tak berbunyi. Aku ingin berhenti hidup sejenak. Melupakan jantung yang berdetak. Menanggalkan cinta yang berserak. Aku ingin berteriak sesunyi mungkin. Aku ingin menangis sebahagia mungkin. Aku ingin tertawa sesedih mungkin. Menjadi antitesis semesta. Mewartakan kabar tak ada. Aku ingin sunyi. Biarkan aku sendiri. Aku ada janji dengan Tuhan, malam ini. Di sini, tempat paling sunyi. Depok, 20 Oktober 2016.

Perkenalan

Pada tangan-tangan yang menengadah terbuka, Kuselipkan semoga-semoga. Pada bibir-bibir yang melafalkan mantra, Kususupi doa-doa. Pada tubuh-tubuh yang berderai air mata, Kuajukan namamu pada Tuhan semesta. Tuhan, perkenalkan. Dia kekasih yang kudambakan. Depok, 19 Oktober 2016.

Kiai Kontemporer

    Di beberapa pondok pesantren salaf yang fanatik dengan kitab kuning, ada dua jenis kitab. Kitab salaf dan kitab kontemporer. Entah siapa yang pertama kali membedakan. Definisi jelasnya juga masih remang-remang. Namun biasanya, yang disebut kitab kontemporer ini adalah kitab yang muallif atau pengarangnya masih hidup. Setinggi apapun tingkat kealiman muallifnya, jika ia masih hidup, kitab karangannya akan disebut kitab kontemporer. Pengertian mudahnya, kitab kontemporer ini bisa disebut dengan kitab anyaran.     Pengklasifikasian ini bukannya tanpa dampak. Dalam forum musyawarah yang diselenggarakan beberapa pesantren salaf, kitab kontemporer seperti dianak tirikan. Jika dalam suatu permasalahan ditemukan 2 jawaban dari versi kitab salaf dan kontemporer, maka hampir dapat dipastikan jawaban dari kitab salaf-lah yang akan diterima oleh para peserta musyawarah. Bahkan dalam beberapa peristiwa bisa lebih ekstrim. Begitu kita tawarkan sebuah jawaban dan par...

Yai Din Ploso: Kyai Penggiat Jamaah

    Syahdan, dahulu kala ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Airlangga. Kerajaan itu bernama Kahuripan. Prabu Airlangga yang sudah memasuki usia senja berkeinginan untuk menjadi pertapa. Ia berniat meninggalkan kerajaan Kahuripan yang sudah dipimpinnya selama bertahun-tahun. Sebelum benar-benar menjadi pertapa, ia berkeinginan mewariskan tahta kerajaan Kahuripan kepada penerusnya. Sayang, dari permaisurinya, ia hanya dikaruniai seorang putri bernama Sanggramawijaya -sebelum mengganti nama dan lebih dikenal sebagai Dewi Kilisuci. Sanggramawijaya tidak berkeinginan memimpin kerajaan Kahuripan. Ia juga memilih menjadi pertapa dan menolak untuk meneruskan tonggak estafet kepemimpinan yang ditawarkan ayahandanya. Akhirnya Prabu Airlangga memberikan tahtanya kepada dua orang putra dari selirnya, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun tidak mungkin jika kerajaan ini dipimpin oleh dua raja. Tidak ada dua matahari dalam satu langit. Prabu Airla...