Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Rumusan Sumpah Pemuda yang ditulis oleh Muhammad Yamin itu menjadi salah satu tonggak penting kemerdekaan Indonesia. Dalam moment Sumpah Pemuda juga-lah, lagu Indonesia Raya-nya WR Soepratman pertama kali dikumandangkan. Rumusan yang ditulis dengan ejaan Van Ophuijsen itu melecut nasionalisme para pemuda pra-kemerdekaan.
Dari peristiwa monumental itu ke hari ini, sudah berjalan 88 tahun persis. Pertanyaannya, masih adakah nasionalisme di dalam jiwa pemuda hari ini?
Perihal pemuda, kata-kata Soekarno selalu paling bertenaga. "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."
Pertanyaannya, bisakah 10 pemuda hari ini mengguncang dunia?
Pemuda selalu identik dengan semangat, gairah, mobile, berapi-api, kuat. Itu konotasi positifnya. Kebalikannya, pemuda -- terutama hari ini -- kerap diidentikkan dengan foya-foya, hura-hura, labil, manja, tawuran, kosong makna dan masih banyak lagi konotasi negatifnya.
Tunggu. Jika konotasi negatif yang dominan, saya rasa pemuda tidak akan mampu mengguncangkan dunia. Salah-salah justru mereka mengguncang bangsanya sendiri.
Menurut Muhammad Yasmin Sang Perumus Sumpah Pemuda itu, pemuda berkaitan dengan persatuan. Lihat saja bagaimana muda-mudi dengan mudah membuat berbagai komunitas. Komunitasnya tentu beragam. Ada yang putih, ada yang hitam.
Masih menurut Muhammad Yamin, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia. Yakni sejarah, hukum adat, bahasa, pendidikan dan kemauan. Oleh karenanya, pemuda, sebagai pemupuk persatuan musti memelihara nilai-nilai sejarah, melestarikan hukum adat, bahasa, mensukseskan pendidikan dengan disertai kemauan yang kuat.
Saya pribadi menilai, bahasa menjadi kunci utama dari lima hal di atas. Sebab untuk dapat memahami sejarah, hukum adat dan pendidikan, dibutuhkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Asrul Sani menulis, bagi Chairil Anwar, bahasa adalah alat yang digunakan untuk mengutarakan sesuatu. Maka bahasa menjadi komponen penting dari suatu bangsa. Atas dasar itu, Sumpah Pemuda merumuskan berbahasa satu, bahasa Indonesia -- selain juga berbangsa dan bertanah air Indonesia.
Dalam perkembangannya, bahasa menjelma menjadi sesuatu yang sangat urgent. Sebab bahasa berhubungan secara pararel dengan kehidupan sosial. Jika kita tidak dapat berbahasa dengan baik, yang ada pastilah timbulnya kesalah pahaman. Kesalah pahaman akan melahirkan riak-riak kecil permusuhan dan jika diolah lebih lanjut, dapat menimbulkan gesekan besar yang masif dan memecah-belah.
Saat ini -- terutama dilakukan oleh banyak pemuda -- bahasa justru digunakan sebagai alat untuk mengutarakan sesuatu yang sifatnya memecah belah persatuan. Bahasa dipermak dan dimanipulasi untuk memutar balikkan fakta. Bahasa digunakan untuk menebar kebencian, fitnah, alat adu domba. Lihatlah betapa kebencian mudah ditebar di media sosial, media massa, media elektronik dan sebagainya. Dan saya rasa tidak perlu bagi saya untuk menceritakan pelakunya. Toh, kita sudah melihatnya secara langsung dengan mata kepala. Miris.
Jika kuncinya saja tidak punya, bagaimana bisa kita mampu membuka pintu persatuan?
Jika bahasa tidak kita gunakan dengan baik dan benar, bukannya persatuan yang terbentuk, melainkan perceraian yang terkutuk.
Yang tersisa hanya kemauan.
Pertanyaannya, pemuda hari ini punya kemauan apa tidak?
Atau pertanyaan lebih spesifiknya, kemauan itu untuk apa? Kemauan untuk bersatu atau kemauan untuk bercerai?
Silahkan. Nasib bangsa ini ada di tangan para pemuda. Baik buruknya bangsa ini tergantung baik buruknya pemuda.
Sumpah selalu sakral. Meski ia hanya kata-kata, sumpah memiliki muatan bobot yang berbeda ketimbang sekedar kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumpah adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap suci. Jelas sekali jika sumpah selalu berkaitan dengan tekad yang kuat.
Pemuda masa lalu sudah bersumpah dengan gagah. Jangan sampai pemuda hari ini melanggarnya dengan mudah.
Sumpah Pemuda bukan sebuah momen historis remeh yang cukup diperingati dengan update status atau memasang foto profile tau display picture rasa sumpah pemuda. Jauh dari itu, pemaknaan akan kandungan nilai dan perjuangannya-lah yang paling penting. Sehingga kesakralan sumpah pemuda terus utuh.
Komentar
Posting Komentar