Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku selalu rindu tak karuan. Tanganku menggapai-gapai, ingin merasakan cahayanya juga, meski beberapa gelintir saja.
Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku selalu merasakan kesejukan. Lisannya halus, tutur katanya kedamaian, perangainya tenang, seperti tak ada api dalam raganya.
Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku selalu menjadikannya pelarian. Tempat lari dari kesemerawutan, kebingungan dan kesewenang-wenangan.
Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku melihat purnama dalam hatinya. Purnama yang terangnya menenggelamkan cahaya surya. Purnama yang datang dari Tsaniyya Al Wada. Purnama yang wajib kita syukuri kehadirannya.
Pada orang-orang yang wajahnya rembulan, aku melihat senyum Tuhan.
Depok, 25 Oktober 2016.
Komentar
Posting Komentar